Bank Sampah Pa-Q-One Hadirkan Inovasi Wayang Upcycle Dari Botol Bekas

Wayang Upcycle menjadi bukti bahwa seni tradisi dapat hidup berdampingan dengan inovasi lingkungan.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
(MG Axel Sabina Rachel Rambing)
Esti, salah satu pengurus Bank Sampah Pa-Q-One, Gedongkiwo, Mantrirejon, Yogyakarta sedang menyiapkan lembaran plastik dari botol bekas sebagai bahan baku utama Wayang Upcycle. 
Ringkasan Berita:- Inovasi Wayang Upcycle sebagai solusi krisis plastik oleh Bank Sampah Pa-Q-One.
- Keberhasilan Pa-Q-One pada peningkatan nilai jual sampah secara drastis.
- Filosofi nama sekaligus edukasi lingkungan dari Bank Sampah Pa-Q-One.

 

TRIBUNJOGJA.COM – Di tengah tantangan krisis sampah dan limbah plastik yang menggunung, sebuah komunitas di jantung Kota Yogyakarta muncul membawa solusi yang brilian. Mereka menggabungkan kepedulian lingkungan dengan pelestarian budaya. 

Komunitas tersebut adalah Bank Sampah Pa-Q-One, yang lahir di Kampung Gedongkiwo, Kemantren Mantrijeron, Kota Yogyakarta.

Pa-Q-One membuktikan bahwa sampah bukanlah akhir, melainkan awal dari karya, dengan mempopulerkan inovasi Wayang Upcycle yang terbuat dari botol plastik bekas.

Kisah Bank Sampah Pa-Q-One, yang didirikan pada tahun 2017, berawal dari mimpi sederhana yang lahir di tepi sungai. 

Budi Anggoro, selaku tim pengembangan menceritakan titik awal dari gerakan komunitas bank sampah ini.

Awalnya, limbah yang mereka olah adalah sandal jepit bekas yang diubah menjadi figur seni. 

Namun, seiring berjalannya waktu, Pa-Q-One bertransformasi menjadi bank sampah inovatif yang dikenal dengan spesialisasi Wayang Upcycle. 

Inovasi utama Pa-Q-One adalah memanfaatkan limbah botol plastik bekas, jenis sampah yang diperkirakan membutuhkan waktu minimal 350 tahun untuk terurai. Plastik yang seharusnya menjadi residu, kini menjadi bahan baku utama wayang.

Dengan keahlian mengukir dan teknik pemanasan, Budi bersama pengurus Bank Sampah Pa-Q-One lainnya mengubah botol-botol plastik menjadi karakter wayang yang memukau. 

Bank Sampah Paqone wayang upcyle
Beberapa produk Wayang Upcyle produksi Bank Sampah Pa-Q-One, Gedongkiwo, Mantrirejon, Yogyakarta.

Wayang ini tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga mengandung pesan mendalam yang membuktikan bahwa seni tradisi dapat hidup berdampingan dengan inovasi lingkungan.

Keberhasilan terbesar Pa-Q-One terletak pada kemampuan mereka mengubah limbah murah menjadi komoditas bernilai jual tinggi.

“Jika 1 kilogram sampah botol bekas hanya berharga sekitar Rp4.500 di pengepul, setelah diolah menjadi Wayang Upcycle, nilai produknya melonjak hingga 5000 persen dari biaya produksi,” tutur Budi saat ditemui Tribun Jogja, Kamis, (13/11/2025).

Bank Sampah Pa-Q-One tidak hanya berfokus pada keuntungan. Wayang Upcycle juga digunakan sebagai media untuk edukasi lingkungan dan sosial.

Mereka aktif berbagi pengetahuan dan diundang sebagai narasumber pengelolaan sampah ke berbagai daerah. Budi menegaskan bahwa masalah sampah adalah tanggung jawab bersama.

"Semakin banyak orang yang mampu mengolah sampah plastik, akan semakin baik," tutup Budi, Kamis, (13/11/2025)

Bank Sampah Pa-Q-One menekankan bahwa kehadiran mereka memberikan nilai tambah pada lingkungan, meningkatkan ekonomi masyarakat, dan membuktikan bahwa dari imaji tradisi, dapat lahir solusi nyata untuk krisis lingkungan modern.


Filosofi Pa-Q-One

Filosofi yang di balik nama Bank Sampah Pa-Q-One (Pakiwan) berakar pada budaya Jawa dan realitas rumah tangga, dengan tujuan mengubah stigma dan menemukan nilai di tempat yang paling terabaikan.

Nama Pakiwan atau Papan Kiwo (sisi kiri), dalam konteks rumah tradisional Jawa (Joglo) merujuk pada tempat-tempat seperti kamar mandi dan dapur, yang secara identik dianggap sebagai tempat yang kotor.

Namun, komunitas Bank Sampah Pa-Q-One melihat bahwa tempat-tempat ‘kotor’ ini memiliki peran esensial sebab ruang tersebut dibutuhkan dalam satu rumah tangga demi menuju kebersihan secara keseluruhan.

Analogi inilah yang diterapkan pada pengelolaan sampah Pa-Q-One. Mereka bertujuan menjadikan barang yang kotor (sampah) menjadi 'yang lebih baik'. 

Mereka fokus mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dan memberikan nilai padanya, sehingga sebuah ‘kotoran’ sekalipun bisa memiliki nilai bahkan secara ekonomis. 

Cita-cita ini diperkuat oleh motto mereka yang terkenal, 'From Trash to Cash, From Zero to Euro,' yang berarti sampah saja bisa menghasilkan pemasukan dan dari yang nol bisa mencapai nilai tertinggi (mata uang euro).

Dengan demikian, Bank Sampah Pa-Q-One didirikan dengan cita-cita mulia, membuktikan bahwa sekotor apapun sebuah barang, ia masih memiliki nilai yang bisa dimaksimalkan untuk menunjang kehidupan. (MG|Axel Sabina Rachel Rambing)

Baca juga: 35 Bank Sampah Legend di Kota Yogya Diganjar Penghargaan

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved