Kirana Viramantra di Monjali, Melangitkan Doa untuk Pahlawan Lewat Cahaya dan Kolaborasi Seni
Kementerian Kebudayaan menghadirkan cara baru mengenang perjuangan melalui cahaya, seni dan refleksi di Monumen Jogja Kembali (Monjali)
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
Tahun ini, naskah tersebut dihidupkan kembali dalam bentuk drama musikal berbasis macapat, menafsir ulang semangat perjuangan Pangeran Diponegoro dengan pendekatan yang lebih imersif melalui kombinasi seni tradisi dan teknologi digital.
Apresiasi
Kepala Museum Monumen Yogya Kembali, Yudi Pranowo, menyampaikan apresiasi atas kolaborasi antara Kementerian Kebudayaan, seniman, dan komunitas kreatif dalam penyelenggaraan acara ini.
“Kegiatan ini melibatkan pelaku seni, komunitas kreatif, dan UMKM, sekaligus mendorong museum untuk lebih banyak berkolaborasi dengan berbagai pihak,” ujar Yudi.
“Museum, selain menjalankan fungsi utamanya sebagai tempat pelestarian sejarah, juga dapat menjadi ruang bagi publik untuk berkegiatan, sehingga semakin dicintai dan melekat di hati masyarakat.”
Ia menambahkan, pemanfaatan teknologi digital dalam bentuk video mapping di Monjali menjadi sarana komunikasi yang efektif bagi generasi muda.
“Video mapping yang diselenggarakan di Museum Monjali menjadi sarana komunikasi melalui teknologi digital yang dekat dengan generasi muda, sehingga pesan-pesan tentang semangat dan nilai-nilai kepahlawanan dapat tersampaikan dengan cara yang lebih menarik dan relevan,” ucapnya.
Ruang Ekspresi
Sinergi lintas bidang ini juga dirasakan oleh para seniman.
Perwakilan Fayafla, salah satu mitra kreatif dalam proyek ini, mengaku bahwa Kirana Viramantra memberikan ruang berekspresi yang jarang ditemui dalam kerja kesenian di ruang publik.
“Dengan adanya Kirana Viramantra yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan dan Monumen Yogya Kembali ini, kami sebagai seniman mendapat keleluasaan dalam mengutarakan isi pikiran kami dalam merespon situs sejarah maupun budaya melalui karya seni instalasi cahaya,” ujarnya.
“Semoga ke depan, pendukungan semacam ini masih bisa terus berlanjut agar pemajuan dalam bidang seni dan budaya dapat terwujud.”
Selain pementasan utama, Kirana Viramantra juga menampilkan Light Art Installation, Video Mapping Show, serta karya dari sejumlah seniman dan komunitas, di antaranya Fayafla, Paguyuban Geger Boyo, dan Roby Setiawan.
Sebelumnya, pada 3–5 November 2025, Lepaskendali Labs telah menggelar lokakarya video mapping yang diikuti oleh seniman, mahasiswa, dan pelaku kreatif lintas disiplin.
Rangkaian kegiatan ini berpadu membentuk pengalaman artistik yang imersif dan sarat makna di area fasad Monjali.
Salah satu penonton, Anggie, mengaku terkesan dengan penyajian pertunjukan yang memadukan teknologi dan budaya.
“Rangkaian acara Kirana Viramantra membuat kami, sebagai masyarakat umum, dapat melihat seni dari perspektif yang berbeda. Semua dikemas begitu apik sehingga tidak membosankan,” ujarnya.
| Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto Dinilai Bentuk Pengkhianatan terhadap Korban Orde Baru |
|
|---|
| Elemen Sipil Yogyakarta Desak Pemerintah Batalkan Gelar Pahlawan untuk Soeharto, Ini Alasannya |
|
|---|
| Peringati Hari Pahlawan, Petugas KAI Daop 6 Yogyakarta Kenakan Kostum Perjuangan |
|
|---|
| Pesan Bupati Klaten Saat Peringatan Hari Pahlawan Nasional 2025 |
|
|---|
| Ziarah Nasional di Kusumanegara, Pemda DIY Ajak Generasi Muda Teladani Semangat Juang Pahlawan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Kirana-Viramantra-di-Monumen-Yogya-Kembali.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.