Suka Duka Guru TK Menuntun Anak dengan Kasih dan Budi Pekerti
Di antara tawa, tangis, nyanyian lagu dan tembang anak-anak TK Taman Indria, Sih menemukan kebahagiaan sederhana yang tak tergantikan.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
Sih lulus dari Taman Guru pada 1987 dan sempat turut mendirikan TK di kampungnya di daerah Sewon, Bantul bersama tokoh pemuka masyarakat setempat.
Dua tahun kemudian, ia mendapat panggilan untuk mengajar di TK Taman Indria.
Dari ruang kelas sederhana itu, Sih belajar banyak hal tentang kesabaran dan keyakinan.
Usia dan pengalaman yang terpaut jauh dari para pamong lain yang lebih senior ketika ia pertama kali memulai karir guru sempat membuat rasa takut tumbuh dan membatasi langkahnya.
Namun seiring berjalannya waktu, Sih justru banyak belajar dan menerapkan ajaran dari para pamong senior kepada anak-anak didiknya.
“Tidak hanya untuk kegiatan tentang pembelajaran, tapi tentang etika, budaya, berbusana. Apa yang beliau-beliau terapkan di Taman Indria ini ya, tentang unggah-ungguh, tentang tata krama, semuanya itu manfaatnya besar sekali,” ungkap Sih.
Mengajar Dengan Hati
Selama puluhan tahun menjadi guru di taman kanak-kanak, banyak suka duka yang telah dilalui oleh Sih.
Tidak hanya lewat momen bersama anak-anak namun juga melalui momen dengan orang tua-wali mereka.
Baca juga: Cerita TK Berusia Setengah Abad Saksi Sejarah Kereta Api Jogja-Magelang-Ambarawa
Suatu ketika ia pernah dibuat terenyuh saat orang tua-wali murid berkumpul untuk memberikan kado di hari ulang tahunnya.
Bukan karena besaran kadonya tetapi tulisan indah dari wali murid yang berhasil membuat Sih menitikkan air mata.
Melalui tulisan itu, para orang tua menyampaikan ucapan doa dan ungkapan terima kasih tulus kepada Sih karena berkatnya anak-anak selalu pulang ke rumah dengan mata berbinar.
Tertulis pula di sana bagaimana anak-anak selalu senang bercerita tentang harinya di sekolah dan sering menyebut nama “Bu Sih” di dalamnya.
“Ternyata apa yang saya berikan untuk anak-anak ini juga membekas di dalam diri anak-anak. Cerita yang mungkin tidak bisa diucapkan dengan kata tetapi diekspresikan oleh anak-anak kepada orang tuanya di rumah,” ucap Sih, menceritakan memori setahun lalu dengan mata berkaca-kaca.
Jelang masa pensiunnya, Sih menganggap hari-harinya di TK Taman Indria tidak lagi sekadar sebagai pekerjaan melainkan jalan hidup yang penuh makna.
Di antara tawa, tangis, nyanyian lagu dan tembang anak-anak, ia menemukan kebahagiaan sederhana yang tak tergantikan.
| Cerita Guru Sekolah Inklusi di Yogyakarta Belajar Makna Hidup dari Anak-anak |
|
|---|
| Bendung Lepen: Dari Saluran Air Kotor Jadi Wisata Ikan di Yogyakarta |
|
|---|
| Keluh Kesah Warga Padukuhan Kembang Sleman soal Keberadaan TK di Masjid Wakaf |
|
|---|
| Belajar Memahami Manusia Sambil Merawat Sejarah Bangsa Lewat Museum |
|
|---|
| Melirik Peluang Bisnis Level Kaki Lima Lingkungan Kampus di Jogja |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Kepala-Sekolah-TK-Taman-Indria.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.