Cerita Guru Sekolah Inklusi di Yogyakarta Belajar Makna Hidup dari Anak-anak

Berbicara tentang pengalaman paling membekas selama mengajar di sekolah inklusi, para guru selalu mengatakan mereka banyak belajar dari anak-anak.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Dok. Istimewa
KARYA SISWA: Murid-murid SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa dan beberapa guru pengampu bersama hasil karya seni mereka di depan gedung sekolah. 

Tidak sedikit pula anak ABK yang juga aktif dan ikut membantu temannya setiap kali ada kesempatan. 

Eni menjelaskan tugas guru tinggal mengamati dan mengarahkan saja.

“Bahkan ada yang pakai kursi roda itu ‘kan pengen tuh keliling-keliling. Nah, itu ada yang suka pengen dorong. Itu kita biarkan, lari-lari kesana kesini. Justru anak yang pakai kursi roda itu merasa, ‘wah aku dijak dolan iki,’ (wah aku diajak main ini). Sambil didorong ya senang dia ketawa-ketawa gitu,” cerita Eni penuh antusias.

Mengajar sambil melihat anak-anak bermain dan berinteraksi seperti itu menjadi pengalaman yang sangat berkesan bagi Natalia.

Melalui anak-anak itu, ia belajar cara memahami karakter anak dan mengenali kebutuhan anak yang berbeda-beda.

Guru dan Murid Saat Ekstrakurikuler Pramuka
Eni dan anak-anak muridnya berpose bersama setelah kegiatan ekstrakurikuler Pramuka. (Dok. Istimewa)

Natalia berharap masyarakat juga mau mencoba memahami dan tidak lagi mengikuti stigma anak-anak ABK yang masih sering dipandang sebelah mata.

Dewi menambahkan, harapannya anak-anak ABK juga dapat menempuh pendidikan yang sama seperti anak-anak lainnya, entah di sekolah swasta ataupun di sekolah negeri.

Dari ruang-ruang kelas di SD Taman Muda, para guru belajar bahwa pendidikan bukan sekadar soal nilai dan kurikulum, melainkan tentang memahami manusia.

Di tengah perbedaan kemampuan dan cara belajar, tumbuh semangat dan toleransi yang saling menular ketika anak-anak reguler dan anak-anak berkebutuhan khusus belajar di satu kelas yang sama. 

Di sanalah para guru menemukan makna sejati sebuah kehidupan melalui pendidikan inklusif. 

Menjadi tempat setiap anak diterima apa adanya dan setiap guru belajar tanpa henti tentang arti mendidik dengan hati. (MG Shafira Puti Krisnintya)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved