Dinkes Gunungkidul Galakkan Program 1.000 Hari Pertama Kehidupan untuk Atasi Stunting
Melalui pendekatan lintas sektor, program ini menitikberatkan pada pemenuhan gizi ibu hamil, bayi, dan balita.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul terus menggalakkan program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai langkah strategis untuk menurunkan angka stunting di wilayah tersebut.
Melalui pendekatan lintas sektor, program ini menitikberatkan pada pemenuhan gizi ibu hamil, bayi, dan balita.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, mengatakan bahwa masa 1.000 HPK merupakan periode emas yang menentukan tumbuh kembang anak. Karena itu, intervensi gizi pada fase tersebut menjadi fokus utama pemerintah daerah.
“Periode 1.000 hari pertama, sejak janin hingga usia dua tahun, adalah masa yang paling menentukan. Kami memastikan setiap ibu dan bayi mendapat asupan gizi yang cukup agar tumbuh optimal,” ujarnya, Selasa (28/10/2025).
Ia menambahkan, program ini melibatkan berbagai unsur mulai dari tenaga kesehatan, kader posyandu, PKK, hingga pemerintah kalurahan.
Dinas Kesehatan juga mengintensifkan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil berisiko dan balita dengan status gizi kurang, serta pemeriksaan rutin tumbuh kembang anak di posyandu.
Ia menambahkan, program ini melibatkan berbagai unsur mulai dari tenaga kesehatan, kader posyandu, PKK, hingga pemerintah kalurahan. Dinas Kesehatan juga mengintensifkan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil berisiko dan balita dengan status gizi kurang, serta pemeriksaan rutin tumbuh kembang anak di posyandu.Selain itu, edukasi mengenai pola makan bergizi seimbang, pemberian ASI eksklusif, dan kebersihan lingkungan juga terus digencarkan.
“Kami tidak hanya fokus pada pemberian makanan tambahan, tetapi juga perubahan perilaku. Karena stunting bukan hanya soal gizi, tetapi juga pola asuh dan sanitasi,” katanya.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang terbit Mei 2025, angka stunting di kabupaten dengan wilayah terluas di Daerah Istimewa Yogyakarta ini mengalami penurunan hingga 2,5 persen . Prevalensi angka stunting di Kabupaten Gunungkidul menurun dari 22,2 persen di 2023 ke angka 19,7 persen di 2024. Penurunan ini bahkan melebihi angka prevalansi nasional yakni sebesar 19,8 persen.
“Kami targetkan prevalensi stunting terus turun hingga 18 persen tahun ini. Untuk mencapainya, kolaborasi semua pihak menjadi kunci,”pungkasnya (ndg)
| Pemkot Yogyakarta Targetkan 'Zero New Stunting', Jalin Kolaborasi Bareng K-24 Group dan Sarihusada |
|
|---|
| Semester I 2025, Dinkes Gunungkidul Catat 4.917 Balita Alami Stunting |
|
|---|
| Dinkes Sleman: Merokok dalam Rumah Picu Risiko Anak Stunting |
|
|---|
| Eko Suwanto Ajak Gotong Royong Selesaikan Masalah Stunting, Masyarakat Bisa Bantu Telur atau Ikan |
|
|---|
| Setiap Kelurahan di Kota Yogyakarta Dapat Alokasi Rp100 Juta, Fokus Pengentasan Stunting |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.