Hidup Sulit di Menara Kopi, Pedagang dan Jukir Eks ABA Tunggu Janji Pemkot Yogyakarta
Kini mereka menaruh harapan pada janji Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, untuk menata ulang akses wisata dan menertibkan parkir liar
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
“Uangnya cuma cukup makan, Rp130.000 itu hasil lima bulan,” ujarnya.
Sebelum relokasi, Suhadi bisa memperoleh Rp200.000 hingga Rp500.000 per hari, bahkan mencapai Rp1 juta pada akhir pekan. Kini, tak ada lagi pembeli.
Suhadi menambahkan, semua lapak di Menara Kopi dibangun dengan biaya pribadi pedagang, rata-rata Rp1,2 juta per orang.
“Kita bikin sendiri, pemerintah janji bantu tapi sampai sekarang belum ada realisasinya,” ujarnya.
Para pedagang dan jukir kini menanti tindakan nyata dari Pemerintah Kota Yogyakarta. Mereka berharap janji penataan ulang akses wisata dan penertiban parkir liar tidak berhenti pada wacana.
“Kalau akses wisatawan dibuka dan parkir liar ditertibkan, Menara Kopi pasti ramai lagi,” ujar Agil. “Kami hanya ingin hidup layak di tempat yang sudah ditentukan pemerintah.”
| Aturan Bagasi untuk Penumpang Kereta Api, KAI Daop 6 Yogyakarta: Bawa Barang Sesuai Kapasitas |
|
|---|
| Tren Kunjungan Wisatawan Lesu, Pemkot Yogyakarta Berharap Libur Nataru Jadi Momen Pendongkrak |
|
|---|
| Yogyakarta Kurangi Sampah Visual, Baliho Wajah Wali Kota Hasto Dicopot |
|
|---|
| KAI Daop 6 Yogyakarta Ingatkan Penumpang Soal Aturan Bagasi |
|
|---|
| Hangatnya Perayaan Milad ke-113 Muhammadiyah di Kampung Kelahirannya di Kauman Yogyakarta |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Hidup-Sulit-di-Menara-Kopi-Pedagang-dan-Jukir-Eks-ABA-Tunggu-Janji-Pemkot-Yogyakarta.jpg)