Hangatnya Perayaan Milad ke-113 Muhammadiyah di Kampung Kelahirannya di Kauman Yogyakarta

Ratusan warga Kauman Kota Yogyakarta memperingati milad ke-113 Muhammadiyah

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
MILAD - Ratusan warga Kauman, Kota Yogyakarta, berkumpul di halaman Masjid Gedhe, untuk memperingati Milad ke-113 Muhammadiyah, Minggu (23/11/2025) 

Ringkasan Berita:
  • Ratusan warga Kauman, Yogyakarta, berkumpul memperingati Milad ke-113 Muhammadiyah, Minggu (23/11/2025)
  • Rangkaian peringatan Milad ke-113 Muhammadiyah dikemas dalam nuansa guyub yang penuh filosofi, melalui menu pembuka jalan santai.
  • Satu abad lebih berlalu, Muhammadiyah tumbuh menjadi raksasa, hingga tercatat sebagai salah satu organisasi keagamaan terkaya di dunia.

 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Seperti akhir pekan biasanya, Minggu (23/11/25) pagi, hangatnya sinar mentari jatuh di pelataran Masjid Gedhe Kauman

Angin pun berhembus pelan, menyelinap di antara gang-gang nan sempit di kampung sarat sejarah di jantung Kota Yogyakarta tersebut.

​Namun, pagi itu, bukan pagi biasa bagi warga Kauman. Lebih dari 500 warga tumpah ruah. Tua, muda, hingga anak-anak, wajah mereka berbinar. 

Di sinilah, di tanah ini, 113 tahun yang lalu, tepatnya pada 18 November 1912, Kyai Haji Ahmad Dahlan menyalakan lentera pertamanya.

​Sontak, warga Kauman pun merayakan "rumah" mereka, merayakan kelahiran persyarikatan yang kini telah mendunia, Muhammadiyah.

​Rangkaian peringatan Milad ke-113 Muhammadiyah dikemas dalam nuansa guyub yang penuh filosofi, melalui menu pembuka jalan santai.

Namun, rute yang dipilih pun tidak sembarangan, ada pesan tersirat dari setiap langkah kaki warga yang menyusuri hangatnya aspal pagi itu.

​Tokoh masyarakat Kauman, yang juga Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, Azman Latif, menceritakan makna di balik rute tersebut 

​"Kita semua berjalan melewati klenteng, melewati gereja, menuju Titik Nol Kilometer, dan kemudian masuk kembali ke Kauman," ujarnya.​

Bagi Azman, rute melingkar itu merupakan alegori perjalanan dakwah Islam berkemajuan yang selama ini diutarakan oleh Muhammadiyah.

Baca juga: Muhammadiyah Tegaskan Dukungan Penuh pada Upaya Nasional Berantas Narkoba

Benar saja, seiring perkembangannya di penjuru nusantara, kemanfaatan persyarikatan tidak hanya dirasakan oleh umat Islam semata.

​"Dakwah Muhammadiyah itu masuk keraton, masuk gereja, klenteng, dan kembali lagi ke Kauman, untuk menunjukkan komitmen kita ber-Muhammadiyah," tuturnya.

​Berdiri di tengah kerumunan warga yang penuh antusias, ingatan kolektif tentang masa lalu kembali diputar sebagai ajang refleksi bersama. 

Azman mengingatkan, penerimaan yang hangat hari ini adalah buah dari air mata dan perjuangan Ahmad Dahlan di masa lampau.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved