Musim Pancaroba, Kasus ISPA di Kulon Progo Tercatat Melonjak Tiga Kali Lipat dalam Sebulan Terakhir

Hingga minggu ke-40 tahun 2025, tercatat sebanyak 2.863 kasus ISPA yang dilaporkan di wilayah Kabupaten Kulon Progo

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
dok.istimewa
ILUSTRASI 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo mencatat kenaikan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selama sebulan terakhir.

Kenaikannya pun cukup signifikan, seiring dengan masuknya musim pancaroba.

Sekretaris Dinkes Kulon Progo, Susilaningsih, mengatakan kasus ISPA melonjak hingga 3 kali lipat selama sebulan terakhir.

"Hingga minggu ke-40 tercatat sebanyak 2.863 kasus ISPA yang dilaporkan," katanya pada wartawan, Senin (13/10/2025).

Ribuan kasus tersebut dilaporkan di seluruh 12 kapanewon.

Kasusnya dilaporkan dan ditangani langsung oleh Puskesmas di setiap kapanewon.

Susilaningsih menilai perubahan cuaca dari kemarau ke penghujan alias pancaroba saat ini memicu kemunculan ISPA.

Sebab di musim pancaroba terjadi perubahan suhu yang ekstrem dan berpengaruh pada daya tahan tubuh.

Turunnya daya tahan tubuh membuat virus dan bakteri lebih mudah masuk, salah satunya menyebabkan ISPA.

ISPA sendiri ditandai dengan gejala seperti demam tinggi, batuk, hingga flu.

"Itu sebabnya masyarakat kami imbau untuk selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat, sekaligus selalu menjaga daya tahan tubuh," ujar Susilaningsih.

Ia mengakui lonjakan kasus ISPA terbilang tidak biasa, sebab di minggu-minggu sebelumnya ada sekitar 1.000 kasus ISPA.

Begitu juga dengan tahun-tahun sebelumnya.

Meski begitu ia mengeklaim lonjakan kasus ISPA bukan pertama kalinya terjadi di Kulon Progo.

Sebab di bulan September dan Oktober 2023 silam juga tercatat sebanyak 2.500 kasus ISPA.

"Selama ini, jumlah tertinggi kasus ISPA di Kulon Progo sekitar 2000 kasus," jelas Susilaningsih.

Apa Itu ISPA?

ISPA adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

Ini adalah infeksi yang terjadi pada saluran pernapasan, baik bagian atas (hidung, faring, laring) maupun bawah (trakea, bronkus, paru-paru).

Penyakit ini sering terjadi, terutama saat perubahan cuaca ekstrem dan sangat mudah menular.

ISPA sendiri sendiri bisa disebabkan karena virus, termasuk influenza, parainfluenza, adenovirus dan rhinovirus.

Selain itu, ISPA juga bisa disebabkan karena bakteri, seperti Streptococcus, Staphylococcus aureus dan Haemophilus.

Faktor risiko lingkungan yang tidak sehat, seperti paparan polusi udara, asap rokok, tempat berventilasi buruk hingga perubahan cuaca juga bisa menjadi faktor pemicu terjadinya ISPA.

Gejala umum yang dialami penderita ISPA di antaranya batuk (kering atau berdahak), pilek atau hidung tersumbat, sakit tenggorokan, demam, bersin-bersin hingga sakit kepala.

Sementara gejala ISPA berat (infeksi saluran pernapasan bawah) bisa berupa sesak napas hingga batuk berdahak berwarna.

Musim Pancaroba

Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono, membenarkan bahwa di wilayah DIY saat ini sudah memasuki musim pancaroba alias peralihan musim. 

Salah satu gejalanya adalah perubahan cuaca ekstrem.

Perubahannya seperti dari yang sebelumnya panas terik bisa tiba-tiba berubah mendung diikuti hujan dengan curah tinggi.

Hujannya juga diikuti dengan petir dan angin kencang.

"Hujan seperti itu biasanya muncul pada siang hingga menjelang sore hari," jelas Warjono belum lama ini. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved