Operasi Zero Gepeng Kota Yogya Temukan 3 Orang yang Tinggal di Pemakaman
Dinsosnakertrans menemukan tiga orang gelandangan yang menjadikan Makam Kyai Ageng Prawiro Purbo di Jalan Kusumanegara
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM - Pemkot Yogyakarta menggencarkan proses penertiban, sebagai implementasi program Zero Gepeng (gelandangan dan pengemis) yang dicanangkan Wali Kota Hasto Wardoyo.
Dalam penertiban terbaru, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) menemukan tiga orang gelandangan yang menjadikan Makam Kyai Ageng Prawiro Purbo di Jalan Kusumanegara, sebagai tempat tinggal.
Ketiga orang yang diamankan melalui rangkaian operasi yang digulirkan pada Minggu (12/10/25) lalu tersebut, terdiri dari seorang pria, serta seorang ibu dan anaknya.
Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Dinsosnakertrans Kota Yogykarta, Erva Wifata, menjelaskan, dari hasil penjangkauan, pria yang mengaku sebagai juru kunci makam tersebut ternyata berasal dari Kabupaten Sleman.
Karena tidak dapat menunjukkan bukti kuat sebagai juru kunci, yang bersangkutan kemudian diminta untuk kembali atau pulang ke rumahnya.
"Jadi, sebenarnya dia kadang tidur di situ (makam), tapi kadang-kadang juga pulang ke rumahnya. Nah, itu rumahnya di Sleman," katanya, Senin (13/10/25).
"Punya rumah, cuman dia sering sering ke situ. Jadi, kayak dititipin. Tapi, dia sudah bersedia hanya akan berada di makam pada siang hari," urai Erva.
Sementara untuk kasus ibu dan anak, petugas mendapati bahwa mereka sejatinya sempat memiliki rumah di kawasan Sayidan, Kota Yogyakarta yang kini telah dijual.
Pilihan menjual rumah diambil setelah mereka mengalami kesulitan finansial, hingga berujung pada keputusan tinggal di kompleks pemakaman.
"Petugas kami kemudian memberi pemahaman, sehingga keduanya, ibu dan anak itu, bersedia untuk menyewa kamar kos dan berjanji tidak tinggal di makam lagi," cetusnya.
Selain ketiga orang yang didapati tinggal di makam, pihaknya juga menemukan maraknya fenomena 'manusia gerobak' yang ternyata masih cukup marak di Kota Yogyakarta.
Manusia gerobak sendiri merupakan sebutan bagi warga miskin di perkotaan yang menjadikan gerobak sebagai alat kerja sekaligus rumah mereka.
"Kita jangkau juga kemarin, manusia-manusia gerobak itu, ada sekitar enam, yang beraktivitas di kawasan Jalan Batikan (Umbulharjo)," ujarnya.
Lebih lanjut, Erva menyampaikan, selaras tugas pokok dan fungsinya, pihaknya pun melakukan pendekatan secara humanis dalam penanganan gepeng.
Dalam artian, Dinsosnakertrans tidak masuk ke ranah penegakan Peraturan Daerah (Perda) yang menjadi kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
"Karena kami sosial, ya kita pendekatan secara sosial humanis. Jadi, kita dekati, kita lakukan pendataan, kita ngobrol, bersedia enggak kalau misalkan tidak di sini lagi," terangnya.
Diberitakan sebelumnya, Satpol PP Kota Yogyakarta mencatat, sepanjang Januari-September 2025, terdapat 62 gepeng dengan beragam aktivitas yang telah diamankan.
Kepala Satpol PP Kota Yogyakarta, Octo Noor Arafat, menyampaikan, data tersebut termasuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), hingga manusia silver.
Adapun sebagian besar gepeng yang diamankan berasal dari wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, sampai beberapa daerah di Sumatera.
"Pasca Deklarasi Zero Gepeng (28 September 2025), Satpol PP dan Dinas Sosial mencatat peningkatan. Total ada 10 gepeng yang ditertibkan dan dibawa ke assessment," katanya, Kamis (2/10/25).
Octo pun menyampaikan, terdapat beberapa alasan yang membuat para gepeng dari luar daerah itu melangsungkan aktivitasnya di Kota Yogyakarta.
Salah satunya, karena Kota Yogyakarta merupakan ikon pariwisata, ditambah dengan kondisi warga masyarakatnya yang dikenal ramah.
"Kalau pernah kami temukan, beberapa yang kami lakukan wawancara itu, jawabannya karena Jogja itu istimewa. Banyak wisatawan, warganya ramah-ramah, dan nyah-nyoh istilahnya," ucapnya. (aka)
Pakar UMY Sebut Stagnasi Cukai Rokok Ancam Efisiensi Ekonomi Nasional serta Kesehatan Publik |
![]() |
---|
Generasi Z Didorong Hidupkan Museum sebagai Tempat Bermain, Belajar, dan Menemukan Makna |
![]() |
---|
Apindo DIY Minta Kemenaker Perbaiki Sistem Program Magang Nasional yang Eror |
![]() |
---|
Hadapi Efisiensi Dampak Pemangkasan TKD, Pemkot Yogya Bakal Andalkan Padat Karya |
![]() |
---|
SPPG di Sleman dan Gunungkidul Berhenti Operasi karena Anggaran Pusat Belum Cair, Ini Kata BGN DIY |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.