Hasil Lab Ungkap Penyebab Keracunan MBG di Semin: Ada Bakteri Berbahaya di Menu Oseng, Ayam, Buah
Bakteri Klebsiella pneumoniae, kapang/khamir, serta Bacillus cereus pada oseng buncis wortel, semur tahu, ayam goreng tepung, irisan buah
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul menyampaikan hasil laboratorium terkait kasus dugaan keracunan makanan bergizi gratis (MBG) yang dialami sejumlah siswa di wilayah Kapanewon Semin, beberapa waktu lalu.
Dari hasil pemeriksaan menunjukkan adanya bakteri berbahaya pada sampel makanan dan air.
Kepala Dinkes Kabupaten Gunungkidul, Ismono, menyampaikan dari uji laboratorium ditemukan bakteri Klebsiella pneumoniae, kapang/khamir, serta Bacillus cereus pada menu oseng buncis wortel, semur tahu, ayam goreng tepung, hingga irisan buah melon.
Kontaminasi tersebut diduga memicu gejala mual, muntah, pusing, hingga diare yang dialami puluhan siswa.
"Tak hanya makanan, sampel air juga menunjukkan adanya bakteri E. coli patogen. Bakteri ini berpotensi menimbulkan gejala lebih serius, seperti diare, demam, dan kram perut, sehingga memperparah kondisi siswa yang sebelumnya sudah mengonsumsi makanan terkontaminasi," terangnya, pada Jumat (3/10/2025).
Dia menuturkan bahwa temuan bakteri erat kaitannya dengan proses pengolahan, penyimpanan, serta kebersihan bahan makanan.
“Bakteri bisa muncul karena bahan makanan tidak dicuci dengan baik, penyimpanan yang kurang tepat, atau air bersih yang sudah terkontaminasi,” terangnya.
Sebagai langkah pencegahan, pihaknya pun mengimbau kepada pengelola dapur MBG agar segera mengurus sertifikat laik higiene sanitasi (SLHS) sesuai arahan Kemenkes, menerapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam pemilihan bahan, pengolahan, hingga distribusi makanan, serta memastikan kebersihan lingkungan dapur.
Selain itu, pengelola diwajibkan membiasakan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai SOP, hingga mengendalikan vektor penyakit seperti lalat dan serangga di sekitar lokasi penyajian makanan.
“Program ini sangat baik untuk mendukung gizi anak-anak. Namun, standar keamanan pangan harus benar-benar dijaga. Jangan sampai niat baik justru menimbulkan masalah kesehatan,” tegas Ismono.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 19 siswa di Kalurahan Padanan, Kapanewon Semin, Kabupaten Gunungkidul, diduga mengalami keracunan usai menyantap makanan MBG, pada Senin (15/9/2025).
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Ismono mengatakan belasan siswa yang diduga mengalami keracunan terdiri dari 15 siswa SD, 3 siswa SMP, dan 1 siswa SMA. Ia mengatakan semua siswa pun langsung dilarikan ke Puskesmas Semin I untuk mendapatkan perawatan.
“Gejala yang dialami meliputi muntah, nyeri perut, pusing, dan demam," ujarnya.
Imbas kejadian itu, Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kalurahan Sumberejo, Kapanewon Semin, Kabupaten Gunungkidul, selaku penyedia makanan MBG ditutup sementara.Penutupan operasional dapur mengacu pada surat yang dilayangkan oleh Badan Gizi Nasional (BGN) Nomor 537/D.TWS/09/2025 tentang Pemberhentian Operasional SPPG Gunungkidul Semin Sumberejo, yang dikeluarkan pada 27 September 2025.
Diduga Keracunan MBG, Siswa di Gunungkidul Keluhkan Susu Berbau Aneh Lalu Muntah: 6 Dilarikan ke RS |
![]() |
---|
Mayoritas UMKM Gunungkidul Masih Bertahan di Level Mikro, Ini Penyebabnya |
![]() |
---|
Komisi D DPRD DIY Sebut Pengawasan dan Rantai Pasok Bahan MBG Perlu Dievaluasi |
![]() |
---|
Seleb TikTok Asal Gunungkidul Dilaporkan ke Polisi, Diduga Lakukan Penipuan Bisnis Celana Kolor |
![]() |
---|
Lonjakan Kasus Keracunan Massal MBG, PKT UGM Desak Evaluasi dan Pengawasan Ketat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.