Pelaku Pariwisata Ketar-ketir, Berharap Problem Sampah di Kota Yogya Segera Rampung
Problem tumpukan sampah di depo atau tempat penampungan sementara di Kota Yogyakarta, mulai meresahkan para pelaku pariwisata.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Problem tumpukan sampah di depo atau tempat penampungan sementara di Kota Yogyakarta, mulai meresahkan para pelaku pariwisata.
Menjelang musim penghujan dan high season libur akhir tahun, tumpukan sampah di berbagai depo dinilai dapat merusak citra Yogyakarta sebagai kota wisata dan berdampak negatif pada sektor perhotelan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono, mengungkapkan, masalah sampah sebagai problem krusial dan berpotensi mengganggu kunjungan wisatawan, baik domestik maupun asing.
Dijelaskan, Kota Yogyakarta sebagai destinasi utama bagi banyak wisatawan, sangat rentan ketika isu-isu terkait kebersihan gagal tertangani.
"Perlu diketahui, wisatawan asing itu banyak yang melakukan tour-nya itu hanya berjalan kaki. Misalnya dari (Jalan) Parangtritis ke Malioboro itu, kebanyakan dari jalan kaki," katanya, Jumat (26/9/2025).
"Kalau ada depo-depo yang menumpuk, itu pasti mengganggu wisatawan yang lewat, lantas muncul image bahwasanya Kota Yogyakarta tidak bisa menjaga kebersihan," tambah Deddy.
PHRI DIY pun menyatakan komitmennya untuk mendukung Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengatasi masalah persampahan ini.
Meski demikian, pihaknya juga meminta supaya eksekutif dapat mengupayakan keterlibatan seluruh sektor, tidak hanya dari kalangan hotel dan restoran saja.
Baca juga: Depo Sampah Kotabaru Yogyakarta Membeludak, Pedagang Bunga Keluhkan Penurunan Omzet
"Kami sudah mewajibkan anggota PHRI untuk bisa mengelola sampah secara mandiri, maupun dengan pihak ketiga yang bisa dipertanggungjawabkan," tandasnya.
Bahkan, ia menyebut, beberapa hotel secara konsisten telah melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan menyasar penanganan masalah sampah.
Rata-rata, program tersebut digulirkan bersama penduduk sekitar, melalui pembuatan biopori, atau mengolah sampah menjadi pupuk yang didistribusikan ke kelurahan.
"Banyak contoh, hotel-hotel yang sudah melakukan, bahkan menjadi rujukan atau studi banding bagi daerah lain, untuk pengelolaan sampah yang ada di hotel-hotel di Kota Yogyakarta," ujarnya.
Namun, Deddy tidak menampik, masih ada titik lemah dalam pengelolaan sampah yang berasal dari sektor jasa akomodasi lain di luar anggota PHRI.
Khususnya, homestay yang memanfaatkan rumah-rumah penduduk di lingkungan permukiman, ataupun kos-kosan yang sistemnya disewakan layaknya penginapan.
"Kebanyakan mereka pengelolaan sampahnya itu hanya dititipkan ke pengambil atau pengepul yang gerobak kuning itu, tidak dikelola sendiri," katanya.
3 Puisi Bertema Lingkungan Kumuh Akibat Penumpukan Sampah |
![]() |
---|
Wali Kota Yogya Lepas Kontingen PMI untuk Jumbara dan Temu Karya 2025 |
![]() |
---|
Depo Sampah Kotabaru Yogyakarta Membeludak, Pedagang Bunga Keluhkan Penurunan Omzet |
![]() |
---|
Fraksi Gerindra DPRD Kota Yogyakarta Dorong Pemanfaatan Danais untuk Penanggulangan Masalah Sampah |
![]() |
---|
Tantangan dan Solusi Tata Kelola Sampah di Sleman, Bantul hingga Kota Yogyakarta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.