SMPN 10 Yogyakarta Jadi Contoh Penerapan SPAB dan Pembentukan Karakter Tangguh

Program ini dijalankan lewat kolaborasi antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Disdikpora Kota Yogyakarta

dok. Tribun Jogja
Tiga narasumber Podcast Bincang Tangguh Bencana—Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta Nur Hidayat, Kabid Pembinaan SMP Dikpora Kota Yogyakarta Hasyim, S.IP., M.Acc. dan Kepala SMP Negeri 10 Yogyakarta Edy Thomas Suharta, S.Pd., M.Pd. berbincang tentang penerapan program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di sekolah, di SMP Negeri 10 Yogyakarta. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - SMP Negeri 10 Yogyakarta menjadi salah satu sekolah di Kota Yogyakarta yang serius membangun budaya kesiapsiagaan bencana melalui program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).

Program ini dijalankan lewat kolaborasi antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Kota Yogyakarta.

Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta, Nur Hidayat, menjelaskan bahwa SPAB merupakan wujud nyata dari semangat “Jogja Tangguh” yang berlandaskan filosofi kompak, wani, mrantasi — bersatu, berani, dan menuntaskan pekerjaan hingga selesai. 

“Filosofi ini bukan hanya slogan, tapi semangat hidup masyarakat Jogja. Gotong royong dan keberanian itu yang kita jadikan dasar membangun ketangguhan,” ujarnya.

Menurut Nur, sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga pusat pembentukan karakter dan agen perubahan di lingkungan masyarakat.

“SPAB ini kolaborasi antara BPBD dan Dikpora agar sekolah bisa jadi tempat aman sekaligus agen perubahan. Anak-anak dilatih supaya bisa membawa pengetahuan bencana ke rumah dan lingkungan mereka,” katanya.

Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Dikpora Kota Yogyakarta, Hasyim, S.IP., M.Acc., menambahkan, SPAB mengintegrasikan pengetahuan dan kesiapsiagaan terhadap bencana ke dalam sistem pendidikan sekolah. 

“Tujuannya agar semua warga sekolah — guru, siswa, tenaga pendidik — tahu apa yang harus dilakukan saat risiko bencana terjadi,” ujarnya. Ia mencontohkan, risiko yang sering dihadapi sekolah di Yogyakarta antara lain kebakaran, banjir, cuaca ekstrem, dan angin kencang.

Di lapangan, penerapan SPAB melibatkan berbagai bentuk pembelajaran dan pelatihan. Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Yogyakarta, Edy Thomas Suharta, S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa kesiapsiagaan di sekolahnya tidak hanya diwujudkan lewat fasilitas fisik, tetapi juga pembiasaan perilaku. 

“Kami sudah menyiapkan APAR di hampir semua ruangan dan anak-anak juga dilatih cara menggunakannya, bukan hanya disimpan sebagai pajangan,” kata Edy. 

Selain itu, sekolah juga rutin menggelar simulasi evakuasi dan kegiatan proyek yang berkaitan dengan mitigasi bencana di berbagai mata pelajaran.

Edy menambahkan, semangat SPAB di SPETENTA (sebutan SMPN 10 Yogyakarta) juga dituangkan dalam kebiasaan sehari-hari. 

“Kami punya tujuh kebiasaan yang terus dibina: bangun pagi, tidur teratur, belajar, makan sehat, olahraga, menjaga kebersihan, dan peduli lingkungan. Semua itu membentuk kesiapsiagaan mental dan fisik,” ujarnya. 

Sekolah ini juga mengusung tagline “Ikhlas Mengabdi, Tulus Melayani” sebagai landasan sikap saat membantu dalam situasi darurat.

Hasyim menegaskan, penerapan SPAB di sekolah harus berkelanjutan. 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved