Menyusuri Jejak 14 Relawan PMI Jogja yang Gugur Selama Masa Revolusi di TMP Kusumanegara

Keberadaan pahlawan yang berstatus personel palang merah pun baru benar-benar tervalidasi melalui proses penyusunan buku Dasa Windu PMI Yogyakarta.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
ZIARAH - Jajaran PMI DI Yogyakarta saat melakukan ziarah ke makam relawan palang merah yang gugur selama masa revolusi, di TMP Kusumanegara, Kota Yogyakarta, Rabu (17/9/2025). 

"Di sana juga dimakamkan GPH Murdaningrat, Ketua PMI DIY periode 1955-1978. Selanjutnya ke Astana Girigondo Kulon Progo, makam KGPAA Paku Alam VIII, Ketua Umum PMI periode 1954-1966," urai Gusti Prabu.

Plt Ketua PMI Kota Yogyakarta, Irjen Pol (Purn) Haka Astana, mengatakan jejak langkah PMI DIY menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan sejarah rakyat, bangsa, negara Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan ke seluruh penjuru tanah air, dukungan terhadap pernyataan kemerdekaan itu diperoleh dari segenap lapisan masyarakat, termasuk dari Yogyakarta. 

Beberapa dokter yang berada di Yogyakarta lantas mengikuti jejak rekan-rekannya yang tinggal di Jakarta untuk membentuk PMI Tjabang Jogjakarta pada 29 September 1945. 

Rapat pembentukan PMI Tjabang Jogjakarta pun diselenggarkaan di gedung bekas Badan Pertolongan Keluarga Korban Perang (BPKKP).

"Pada 27 Oktober 1945, Sri Sultan HB IX dan Paku Alam VIII mengeluarkan Maklumat Nomor 6 tahun 1945 yang berisi tentang kesehatan, pengobatan, dan perawatan bagi anggota tentara," ujarnya.

Melalui maklumat itu, jawatan kesehatan, PMI, serta ahli kesehatan di DIY diperintahkan untuk membentuk regu-regu penolong di dekat pertempuran jika dibutuhkan.

Maka, PMI, dokter, jururawat, dan lain sebagainya, diminta meningkatkan pengabdian dan partisipasinya terhadap perjuangan pada waktu itu. 

"Dana untuk mencukupi kebutuhan PMI pada saat masa revolusi diperoleh dari sumbangan para dermawan yang bersimpati dengan perjuangan bangsa Indonesia," cetusnya.

"Salah satunya adalah dari Sri Sultan HB IX. Selain bantuan kepada PMI, beliau juga memberikan bantuan pada perorangan dan keperluan pasukan gerilya untuk melawan Belanda," urai Haka. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved