Kopdes Merah Putih di Bangunharjo Bantul Kerap Tutup, Warga Jadi Bertanya-tanya

Teras masing-masing gerai di Kopdes Merah Putih Bangunharjo tersebut juga terlihat banyak debu, seolah-olah memang tidak dibersihkan.

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
TUTUP - Kopdes Merah Putih Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, tampak tutup, Kamis (7/8/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Beberapa waktu terakhir, Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, kerap terlihat tutup.

Padahal, koperasi tersebut pernah mengikuti peluncuran kelembagaan 80.000 Kopdes Merah Putih serentak seluruh Indonesia, Senin (21/7/2025).

Berdasarkan pantauan Tribunjogja.com, Kamis (7/8/2025) sejak pukul 09.05-10.40 WIB, enam gerai koperasi dan satu kantor koperasi tersebut terlihat tutup.

Teras masing-masing gerai tersebut juga terlihat banyak debu, seolah-olah memang tidak dibersihkan.

Sudriarto (65), warga Padukuhan Tarudan, Kalurahan Bangunharjo, mengaku sudah tiga kali datang ke Kopdes Merah Putih tersebut untuk membeli pupuk subsidi.

Sayangnya, selama ini toko tersebut tutup, sehingga ia tidak bisa membeli pupuk subsidi.

"Kan biasanya, saya beli pupun subsidi itu di salah satu toko penyalur pupuk di Padukuhan Gandok. Tapi, setelah koperasi ini (Kopdes Merah Putih Bangunharjo) berdiri, saya diminta beli pupuk subsidi itu di koperasi ini. Sudah tiga kali datang, tapi malah tutup terus," katanya, kepada awak media, di Kopdes Merah Putih Bangunharjo

Ia pun mengaku sempat meminjam pupuk subsidi milik rekannya.

Sebab, ia merasa keberatan apabila harus membeli pupuk non subsidi, mengingat harga pupuk non subsidi cukup mahal.

Namun, karena jumlah pupuk yang dipinjam tersebut sedikit dan Kopdes Merah Putih Bangunharjo tak kunjung buka, akhirnya ia sempat membeli pupuk non subsidi. 

"Hari ini saya datang lagi, tapi koperasinya tutup. Padahal saya lagi butuh banget. Saya mau beli pupuk subsidi karena mau ganti pinjaman pupuk punya teman saya, tapi ternyata enggak buka-buka jadi pusing ini," ujar dia.

Baca juga: Hingga Triwulan Kedua Tahun 2025, Tercatat 74 Kasus HIV/AIDS Ditemukan di Bantul

Sementara itu, salah satu pedagang sayur di sebelah utara Kopdes Merah Putih Bangunharjo, Suparjilah (57), mengaku kerap mendapat pertanyaan dari warga setempat terkait kapan Kopdes Merah Putih Bangunharjo akan dibuka.

Sebab, banyak warga setempat yang menantikan koperasi itu beroperasi. 

"Saya kan jualan sayur dari jam 04.00 WIB sampai sekitar 11.00 WIB. Kalau enggak laku kan keliling, nah kalau keliling itu sering ditanyain kapan koperasi itu buka? Ya saya kan enggak tahu ya," ucap dia.

Dikatakannya, setelah acara peresmian pada Juli lalu, koperasi itu memang pernah beberapa kali buka.

Akan tetapi, waktu dan durasi buka koperasi tersebut tidak menentu.

Bahkan, dari enam gerai, hanya tiga gerai yang pernah terlihat buka yakni gerai sembako, gas elpiji, dan pupuk.

Sedangkan, tiga gerai lainnya yakni gerai simpan pinjam, klinik, dan apotek belum buka.

"Warga sini itu banyak yang kecelik. Ada yang datang bawa tabung gas karena mau beli gas, eh malah tutup. Terus ada yang mau beli pupuk, eh malah tutup. Jadi mereka pada pergi, entah akhirnya pulang atau ke mana," jelas dia.

Namun, Suparjilah sendiri mengaku belum pernah masuk ke salah satu gerai Kopdes Merah Putih Bangunharjo itu.

Ia sebenarnya ingin belanja di Kopdes Merah Putih Bangunharjo, namun tak kunjung buka.

Ia pun mengaku tidak tahu soal harga komoditas yang dijual di koperasi tersebut. 

"Jadi belum tahu harganya berapa. Di sana, katanya ada sembako lengkap, ada minyak, beras. Kalau kelamaan enggak buka gitu, apa berasnya enggak keburu kutuan?," tutur Suparjilah. 

Usaha Suparjilah Jadi Sulit

Suparjilah mengaku bahwa sebenarnya dulu berjualan di salah satu ruko yang kini menjadi gerai Kopdes Merah Putih Bangunharjo selama empat tahun terakhir dengan mekanisme sewa ruko ke KUD Tani Bhakti.

"Saya dulu sewa ruko nomor dua dari arah selatan untuk jualan sembako, ada sayur, jajanan pasar, beras, gas elpiji, sampai minyak bensin. Saya sewanya ke KUD Rp4 juta per tahun. Nanti, KUD bayar ke pihak pemerintah kalurahan karena itu bangunan punya pemerintah," jelas dia.

Saat masa sewanya habis ia sempat ingin memperpanjang.

Namun, pihak KUD tidak bisa mengiyaikan perpanjang sewa, hingga akhirnya ia baru tahu bahwa ruko tersebut dipergunakan untuk Kopdes Merah Putih. Akhirnya, ia harus pindah ke lokasi lain. 

"Enggak cuma saya sebenarnya yang pindah. Di sebelah ruko yang saya sewa itu ada juga penjual pecel lele, foto copy, sampai salon. Tapi, karena kami sudah enggak sewa ya akhirnya geser. Nah, sementara ini saya numpang buka usaha sayur di utara Kopdes Merah Putih," paparnya.

Kini, ia merasa kebingungan harus memulai usaha dari awal. Bahkan, untung yang dia dapatkan saat ini tidak lah banyak.

Jika dulu bisa memperoleh omzet bersih Rp500 ribu per hari, kini hanya ada beberapa ribu omzet bersih yang ia dapatkan. 

Suparjilah mengaku kebijakan dari Presiden Prabowo itu malah membuat dirinya dan rekan sesama penyewa ruko KUD sebelumnya jadi rugi dan sengsara.

Sebab, selama ini mereka menggantungkan hidup dari usaha di ruko sewaan milik KUD setempat.

"Tapi, saya dikasih tahu katanya saya mau ditarik jadi anggotanya. Saya enggak tahu nanti suruh jaga koperasi atau suruh ikut iuran atau gimana. Taunya, cuma ada iuran uang modal setiap bulan Rp100 ribu dan tiap bulan nabung Rp10 ribu. Sampai saat ini belum ada kejelasan," tutup Suparjilah.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved