Impor DIY Semester I 2025 Naik 20,23 Persen, Sebanyak 88,64 Persen Digunakan untuk Bahan Baku
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Herum Fajarwati mengatakan andil utama peningkatan nilai impor DIY disumbang oleh impor bahan baku penolong
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Total nilai impor DIY pada Januari hingga Juni 2025 mencapai US$89,74 juta. Naik 20,23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Pada semester I 2024 lalu, nilai impor DIY sebesar US$74,64 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Herum Fajarwati mengatakan andil utama peningkatan nilai impor DIY disumbang oleh impor bahan baku penolong sebesar 88,64 persen.
Nilai impor untuk bahan baku atau penolong sebesar US$ 79,55 juta.
Mengalami kenaikan 21,23 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024, nilai impornya sebesar US$65,62 juta.
Penggunaan barang impor untuk konsumsi juga mengalami kenaikan.
Pada Januari hingga Juni 2025, nilai impor untuk bahan konsumsi sebesar US$6,61 juta.
Ada kenaikan 49,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024, nilai impornya US$4,42 juta.
Sedangkan nilai impor untuk barang modal mengalami penurunan sebesar 22,17 persen.
Baca juga: Nilai Ekspor DIY pada Semester I 2025 Naik 9,84 Persen Jadi 270,24 Juta US Dollar
Nilai impor pada Januari hingga Juli 2025 sebesar US$3,58 juta, sedangkan pada periode yang sama tahun 2024 sebesar US$4,60 juta.
“Nilai impor berdasarkan negara asal yang tertinggi adalah Tiongkok, dengan nilainya US$34,11 juta. Kedua adalah Hongkong, nilainya adalah US$17,43 juta. Ketiga adalah Amerika Serikat, nilainya US$15,32 juta,” katanya melalui keterangan tertulis.
Namun jika, dilihat dari persentase kenaikan nilai impor Januari hingga Juni 2025, yang terbesar berasal dari Thailand sebesar 177,59 persen, Jerman sebesar 108,57 persen, dan Pakistan sebesar 106,38 persen.
Secara total, 10 golongan barang naik 21,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Golongan kain kempa, benang khusus, dan benang pintal menunjukkan kenaikan terbesar, yaitu 337,81 persen.
Sementara itu, filamen buatan mengalami penurunan terdalam yaitu sebesar 7,28 persen.
“Dilihat dari perannya, 10 golongan barang tersebut memberikan kontribusi 79,88 persen terhadap total impor DIY. Tiga golongan barang dengan kontribusi terbesar adalah kain rajutan sebesar 23,46 persen, diikuti kereta api, trem, dan bagiannya sebesar 13,06 persen, serta filamen buatan sebesar 8,13 persen,” paparnya. (*)
Daerah Istimewa Yogyakarta Ranking 1 Angka Harapan Hidup Tertinggi di Indonesia |
![]() |
---|
Meski UMR Rendah DIY Bukan Termiskin, Tapi Angka Kemiskinan Jogja Masih Bikin Geleng Kepala |
![]() |
---|
DIY Ranking 1 Provinsi Paling Gemar Membaca se-Indonesia, Gunungkidul Ranking 1 se-DIY |
![]() |
---|
Kenangan Ayah Tiwi, Pegawai BPS Asal Magelang Korban Pembunuhan di Maluku |
![]() |
---|
BPS DIY Lakukan Pemetaan Wilayah Kerja untuk Persiapan Sensus Ekonomi 2026 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.