Dugaan Korupsi di Kemendikbud
Pemanfaatan Chromebook Kemendikbud di Kota Yogya: Antara Antusiasme Siswa dan Keraguan Soal Harga
SMPN 1 Yogyakarta menerima 48 unit laptop chromebook dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud) era Nadiem Makarim, belakangan menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat.
Meskipun pengadaannya diwarnai isu mark-up harga yang berdampak pada kerugian negara hingga triliunan rupiah, antusiasme siswa dalam menggunakan Chromebook di lapangan menunjukkan sisi lain dari program digitalisasi pendidikan.
Sementara, di wilayah Kota Yogyakarta, terdapat beberapa sekolah yang menerima alokasi Kemendikbud tersebut, mulai dari jenjang TK, SD, hingga SMP. Salah satunya adalah SMP Negeri 1 Yogyakarta.
Wakil Kepala Bidang Sarana dan Prasarana sekaligus guru informatika SMPN 1 Yogyakarta, Istiardi, menyatakan, bahwa sekolahnya menerima sebanyak 48 unit Chromebook pada kisaran 2021 silam.
"Alhamdulillah, untuk Chromebook kita terima di 2021 sebanyak 48 unit, 45 dengan merek Dell dan yang tiga Zyrex," tandasnya, saat ditemui, Kamis (17/7/2025).
Ia mengakui, Chromebook yang diterimanya belum mengusung teknologi layar sentuh atau touchscreen, seperti unit-unit yang diterima sekolah lain setelahnya.
Dikisahan, setelah dilakukan aktivasi akun, Chromebook langsung digunakan untuk pembelajaran informatika, di mana setiap siswa mendapatkan akun belajar dan wajib log-in supaya bisa menggunakan perangkat tersebut.
Kini, dalam kisaran dua tahun terakhir, Chromebook yang dialokasikan untuk SMPN 1 Yogyakarta tersebut ditempatkan di perpustakaan.
Langkah itu menjadi upaya optimalisasi, mengingat ada beberapa kasus di sekolah lain, yang pada akhirnya Chromebook dibiarkan mangkrak begitu saja karena penggunanya kurang familiar
" Sudah dua tahun ini, chromebook kita tempatkan di perpustakaan. Jadi, anak-anak mau pinjam, mungkin bapak ibu guru yang mau memakai juga diperkenankan," jelasnya.
Minat siswa terutama terlihat ketika mereka menggunakan Chromebook untuk kerja kelompok atau presentasi dengan aplikasi Canva, yang dinilai lebih nyaman diakses melalui perangkat ini.
Di samping itu, ia menuturkan, daya tahan baterai Chromebook juga menjadi nilai tambah, meskipun satu unit Dell dilaporkan sudah tidak berfungsi, atau mati total.
Sementara unit Zyrex yang notabene merupakan brand lokal Indonesia, disebut lebih mumpuni karena sudah suport HDMI, sekaligus punya tampilan layar yang lebih bagus.
"Biasanya bisa untuk kerja kelompok, atau presentasi. Saya cek ke petugas perpusatakaan itu terkadang sampai rebutan. Antusiasme memang siswa tinggi untuk memakai Chromebook-nya," ujar Istiardi.
Baca juga: Melacak Penggunaan Laptop Chromebook di Sekolah-sekolah Sleman
Kontroversi Harga dan Kaitan dengan Kasus Korupsi
Di balik pemanfaatan yang relatif berhasil di SMPN 1 Yogyakarta, terselip keraguan mengani harga pengadaan Chromebook, khususnya selepas dugaan kasus korupsi di Kemendikbud mencuat.
Istiardi secara jujur mengungkapkan, para guru informatika di Kota Yogyakarta sempat membandingkan spesifikasi perangkat dengan anggaran yang dikeluarkan.
"Begitu kita dapat ini, setelah tahu dengan pagu sekian, ya mohon maaf, kami guru-guru informatika di Kota Yogya kan, membandingkan spek dengan anggarannya, ya apa benar?" tanyanya.
Pertanyaan itu selaras dengan temuan Kejaksaan Agung (Kejagung) yang sedang mengusut dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook di Kemendikbudristek periode 2019-2022.
Kasus tersebut diduga mengakibatkan kerugian negara mencapai Rp1,98 triliun, yang berasal dari mark-up harga laptop dan pengadaan lisensi perangkat lunak (CDM) yang tidak sebanding.
Bahkan, dalam kasus itu Kejagung telah menetapkan deretan tersangka, termasuk mantan staf khusus Nadiem Makarom, direktur di lingkungan Kemendikbudristek, dan konsultan.
Informasi dari Kejagung menyebutkan adanya indikasi pengondisian vendor dan pembuatan kajian teknis yang mengunggulkan Chrome OS tanpa berdasarkan kebutuhan nyata.
"Kalau Chromebook seperti ini dihargai 5 juta plus pajak, istilahnya masih bisa ditolerir. Kita di awal, dapat ini, sama teman-teman, kok rasanya luar biasa. Karena (dengan pagu sekian) seharusnya bisa dapat laptop, atau notebook paling tidak," urainya
Meski demikian, Istiardi menegaskan, bahwa pihaknya tetap berupaya memaksimalkan penggunaan unit-unit Chromebook yang sudah terlanjur dibagikan itu.
Toh, dirinya memandang, untuk menunjang pembelajaran peserta didik sepanjang beberapa tahun terakhir, keberadaan Chromebook sudah cukup membantu.
"Ya, bagaimanapun tetap kami maksimalkan, karena untuk pembelajaran siswa di tingkat SD, SMP, dan SMA, Chromebook ini terbilang masih oke," pungkasnya. (aka)
Melacak Penggunaan Laptop Chromebook di Sekolah-sekolah Sleman |
![]() |
---|
Nasib Laptop Chromebook di Klaten: Harus Nyambung Wifi dan Lupa Password Jadi Kendala |
![]() |
---|
Kondisi Laptop Chromebook di Bantul dan Sleman: Dari Tombol ‘S’ Mati Hingga Charger Tak Berfungsi |
![]() |
---|
Sejumlah Sekolah di Bantul Beberkan Keadaan Bantuan Laptop Chromebook, Ada yang Rusak Keyboard |
![]() |
---|
Kondisi Chromebook Bantuan Kemendikbudristek Era Nadiem Makarim di Klaten |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.