3 Hari Sebelum Diserang AS, Truk dan Alat Berat Diduga Pindahkan Uranium dari Fasilitas Nuklir Iran

Klaim Presiden Amerika Serikat yang menyebutkan serangan yang dilancarkan militernya berhasil menghancurkan program nuklir Iran dibantah oleh pakar

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
khaberni/tangkap layar
TAK ADA RADIASI - Gambar fasilitas pengayaan nuklir Fordow, Iran yang diserang Amerika Serikat (AS), Minggu (22/6/2025). Iran menyatakan, tak ada kebocoran radiasi dampak dari serangan tersebut. Material pengayaan nuklir juga sudah diamankan lebih dulu sehingga serangan AS tidak akan membuat aktivitas pengayaan nuklir berhenti. 

Truk-truk ini terlihat mengarah ke jalur utama masuk ke kompleks bawah tanah, yang dibangun sekitar 80 meter di bawah permukaan lereng gunung.

"Satu-satunya kesimpulan logis adalah bahwa Iran sudah mengantisipasi serangan dan memindahkan stok sensitifnya," ujar Lewis.

Serangan Besar, Tapi Tidak Menyentuh Inti Masalah

Operasi militer dengan nama sandi "Operation Midnight Hammer" itu melibatkan 7 pesawat B-2 Spirit yang menjatuhkan bom penghancur bunker seberat 30.000 pon (Massive Ordnance Penetrators).

Selain itu, lebih dari 24 rudal jelajah diluncurkan dari kapal selam AS, menyasar bangunan dan pintu masuk fasilitas bawah tanah di Isfahan.

“Operasi yang dirancang Presiden Trump sangat berani dan brilian,” ujar Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth.

Namun bagi para pakar, hasilnya tidak sebanding dengan klaim tersebut. Citra satelit memang menunjukkan enam lubang besar dan puing-puing hangus di sekitar Fordow, namun ventilasi bawah tanah, ruang sentrifugal, dan terutama gudang uranium belum dipastikan terkena.

Iran Bisa Bangkit Lagi

Menurut Albright, meski program nuklir Iran terpukul, namun bukan berarti mereka tidak bisa bangkit. Iran diduga masih memiliki ribuan sentrifugal cadangan yang belum dipasang, serta kemampuan teknis untuk memindahkan pengayaan ke lokasi rahasia lainnya.

"Program ini memang mengalami kemunduran serius, tetapi masih banyak potensi sisa yang berbahaya."

Dalam skenario terburuk, Iran hanya butuh waktu singkat untuk mencapai level pengayaan 90 persen, yaitu ambang batas untuk membuat senjata nuklir, jika semua komponen masih tersimpan dengan baik.

Satu-satunya Jalan: Diplomasi dan Inspeksi

Meski serangan militer menjadi opsi cepat yang diambil Trump, para pakar justru menyebut solusi jangka panjang terletak pada diplomasi dan kerja sama internasional.

Inspeksi tambahan dari IAEA dan kesediaan Iran untuk transparan menjadi kunci keberhasilan mengakhiri ancaman nuklir secara menyeluruh.

“Bahkan kampanye pengeboman yang paling brilian sekalipun, mungkin tidak akan membawa kita ke tujuan akhir,” tutup Lewis. (*)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved