3 Hari Sebelum Diserang AS, Truk dan Alat Berat Diduga Pindahkan Uranium dari Fasilitas Nuklir Iran

Klaim Presiden Amerika Serikat yang menyebutkan serangan yang dilancarkan militernya berhasil menghancurkan program nuklir Iran dibantah oleh pakar

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
khaberni/tangkap layar
TAK ADA RADIASI - Gambar fasilitas pengayaan nuklir Fordow, Iran yang diserang Amerika Serikat (AS), Minggu (22/6/2025). Iran menyatakan, tak ada kebocoran radiasi dampak dari serangan tersebut. Material pengayaan nuklir juga sudah diamankan lebih dulu sehingga serangan AS tidak akan membuat aktivitas pengayaan nuklir berhenti. 

TRIBUNJOGJA.COM – Klaim Presiden Amerika Serikat yang menyebutkan serangan yang dilancarkan militernya berhasil menghancurkan program nuklir Iran dibantah oleh sejumlah pakar.

Menurut para pakar, serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan, gagal menyentuh stok uranium yang sudah diperkaya hingga level membahayakan.

Klaim para pakar itu muncul setelah gambar citra satelit komersial menyatakan hal yang bertolak belakang dengan klaim Donald Trump.

Dikutip dari Tribunnews.com yang melansir laman NPR, sejumlah pakar independen, serangan yang dilancarkan oleh AS tidak tuntas.

Bahkan serangan itu tidak mengenai stok uranium Iran.

 "Menurut analisis terbaru terhadap foto satelit, serangan itu bersifat tidak tuntas, bahkan gagal menyentuh stok uranium yang sudah diperkaya hingga level membahayakan.

"Jika semuanya berakhir di sini, maka ini adalah serangan yang sangat tidak tuntas," tegas Jeffrey Lewis, profesor dari Middlebury Institute of International Studies di Monterey, yang selama bertahun-tahun memantau program nuklir Iran.

Hal serupa juga disampaikan oleh pakar  yang juga Presiden Institute for Science and International Security (ISIS), David Albright.

Menurutnya, Iran sudah mengantisipasi serangan AS itu dengan memindahkan stok uranium miliknya.

Stok uranium 60 persen itu sudah dibawa ke tempat yang lebih aman sebelum serangan terjadi.

"Hari ini, Iran masih memiliki bahan itu dan kita tidak tahu di mana keberadaannya," ujar Albright.

 "Saya kira kita harus mengasumsikan bahwa jumlah signifikan dari uranium yang diperkaya itu masih ada, jadi ini belum berakhir."

Menurut data IAEA (Badan Energi Atom Internasional), Iran memiliki lebih dari 400 kilogram uranium-235 dengan tingkat pengayaan 60 persen, cukup untuk membuat sekitar 10 bom nuklir jika disempurnakan hingga level senjata.

Baca juga: Abbas Araghchi Terbang ke Moscow untuk Temui Putin Bahas Soal Serangan AS ke Fasilitas Nuklir Iran

Klaim dari pakar independen ini diperkuat dengan temuan aktivitas mencurigakan di situs Fordow berdasarkan citra dari Maxar Technologies tanggal 19–20 Juni, hanya tiga hari sebelum pengeboman.

Foto satelit memperlihatkan barisan panjang truk dan alat berat yang tampaknya digunakan untuk menutup terowongan utama dan memindahkan muatan dari dalam fasilitas.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved