Kecelakaan Maut di Purworejo

Guru Ngaji Itu Telah Pergi, Ibunda Korban Kecelakaan Maut di Purworejo Tak Punya Firasat Apapun

Iringan kalimat tauhid terdengar mengiringi jenazah Isna Hayati, di antara guru Yayasan As Syafi'iyah yang menjadi korban kecelakaan maut di Purworejo

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Tribunjogja.com/Ahmad Syarifudin
KORBAN LAKA MAUT: Jenazah Isna Hayati, ustadzah Yayasan As-Syafi'iyah yang menjadi korban kecelakaan lalulintas di Purworejo disemayamkan di TPQ Nurul Falah di samping rumahnya. 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Suasana duka menyelimuti rumah di gang kecil dusun Mendut 1, RW 1, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.

Isak tangis keluarga dan sejumlah kerabat pun pecah saat keranda jenazah yang membawa Isna Hayati ditandu empat orang aparat kepolisian tiba di rumah duka jelang waktu Magrib, Rabu (7/5/2025). 

Iringan kalimat tauhid terdengar mengiringi jenazah Isna Hayati, di antara guru Yayasan As Syafi'iyah yang menjadi korban kecelakaan maut di Purworejo

Jenazah Isna pun langsung disemayamkan di TPQ Nurul Falah, di samping rumah duka. 

Taman Pendidikan Alquran itu menjadi saksi perjuangan almarhumah dalam menebar kebaikan. 

Selain mengajar di Yayasan As Syafi'iyah, almarhumah Isna Hayati juga mendedikasikan dirinya mengajar Alquran di lingkungan tempat tinggalnya. 

"Anak saya itu pagi mengajar di Yayasan (As Syafi'iyah), malamnya mengajar ngaji di TPQ. Anak saya itu orang hebat, pintar ngaji. Sama tetangga juga penyayang, lemah lembut. Saya sedih sekali," kata Mutiah, ibunda Isna. 

Perempuan berhijab ungu itu meneteskan air mata, kala mengenang anak bungsunya yang kini telah tiada. 

Mutiah ibunda dari Almarhumah Isna Hayati, satu di antara belasan ustazah Yayasan As-Syafi'iyah yang menjadi korban kecelakaan maut di Purworejo
Mutiah ibunda dari Almarhumah Isna Hayati, satu di antara belasan ustazah Yayasan As-Syafi'iyah yang menjadi korban kecelakaan maut di Purworejo (Tribunjogja.com/Ahmad Syarifudin)

Ia mengaku tidak memiliki firasat apapun, atas peristiwa yang terjadi. 

Hanya saja, pada tetangga sempat bercerita jika semalam ada burung yang terbang di atas rumah. 

Ia tidak tahu apakah itu pertanda atau hanya kebetulan semata.

Selain itu, sebelum pergi takziah ke Purworejo, anaknya juga sempat bercerita mimpi sang kakak yang tinggal di Sragen meninggal dunia dan hidup lagi. 

"Lah kok tiba-tiba anak saya yang kedua yang meninggal. Kaget, tidak mengira. Kalau anak saya dipanggil Gusti Allah," ujar Mutiah. 

Perempuan 55 tahun itu kini hanya bisa pasrah. 

Ia berusaha tegar menerima kenyataan, anak kesayangannya, kini telah berpulang. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved