Sertifikasi dan Labeling Bisa Jadi Unggulan Produk Peternakan di Tengah Gempuran Impor
Sertifikasi mencerminkan komitmen terhadap standar mutu dan membuka peluang pasar yang lebih luas, termasuk ekspor.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Sementara, anggota lab lain, Tian Jihadhan Wankar, Ph.D mengatakan, produk seperti daging olahan, susu pasteurisasi, yoghurt, atau telur asin sering kalah bersaing.
“Tapi, itu bukan karena kualitasnya yang rendah, tetapi karena kemasan yang seadanya dan ketiadaan label yang meyakinkan. Padahal, konsumen saat ini sangat peduli dengan detail produk,” kata Tian.
Senada dengan hal itu, Prof. Mujtahidah Anggriani menyatakan bahwa keberadaan produk peternakan yang tersertifikasi memberikan lebih banyak pilihan kepada konsumen sesuai preferensi masing-masing.
Meski manfaatnya sangat jelas, tingkat adopsi sertifikasi produk di sektor peternakan masih menghadapi berbagai tantangan.
Beberapa di antaranya adalah rendahnya pemahaman pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tentang pentingnya sertifikasi, tingginya biaya proses sertifikasi, serta terbatasnya akses informasi dan pendampingan teknis.
Tak jarang, UMKM masih enggan mengurus sertifikasi karena dianggap rumit dan mahal.
Sementara itu, pemahaman mengenai pentingnya label produk yang sesuai dengan ketentuan dan target pasar juga masih minim.
Banyak produsen UMKM membuat label seadanya tanpa mempertimbangkan aspek estetika dan informasi yang dibutuhkan konsumen.
“Para pelaku usaha mikro di sektor pengolahan produk peternakan masih enggan mengurus sertifikasi karena kurangnya informasi dan pendampingan yang mereka terima. Di sinilah peran perguruan tinggi sangat penting untuk memberikan edukasi dan pendampingan,” tambah Prof. Suci Paramitasari.
Untuk itu, Fapet UGM secara aktif melakukan pendampingan terhadap UMKM produk peternakan, termasuk bagi pelaku usaha yang memasarkan produknya melalui Plaza Agro UGM yang berlokasi di lingkungan fakultas.
Produk-produk tersebut meliputi susu pasteurisasi, yoghurt, keju, es krim, olahan daging, telur, dan aneka produk turunan lainnya.
Pendampingan yang diberikan meliputi pelatihan pengurusan sertifikasi produk dan strategi peningkatan skala usaha.
Selain itu, Fapet UGM juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk memberikan edukasi terkait sertifikasi halal, khususnya kepada pelaku usaha rumah potong hewan dan produsen olahan peternakan.
Upaya ini merupakan langkah nyata Fapet UGM dalam mendorong peningkatan daya saing produk peternakan Indonesia di pasar domestik maupun internasional. (*)
Fapet UGM Kembangkan Lowkol dan Lowcose, Cegah dan Tangani Sindroma Metabolik |
![]() |
---|
Pemkab Sleman Tutup Paksa Peternakan Babi di Tlogoadi |
![]() |
---|
Tutup Paksa Tiga Peternakan Babi, Pemkab Sleman Siap Hadapi Jika Ada Gugatan |
![]() |
---|
Fakultas Peternakan UGM Raih Penghargaan pada The 4th Indonesia DEI & ESG Awards 2025 |
![]() |
---|
Pemkab Sleman Tutup Paksa Tiga Peternakan Babi di Tlogoadi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.