Ekonomi Tak Pasti
Respons DPRD Bantul Tanggapi Kondisi Kunjungan Wisata dan Turunnya Daya Beli Masyarakat
DPRD Bantul menyatakan telah memberikan berberapa solusi alternatif untuk mendongkrak kunjungan pariwisata dan daya beli.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bantul menanggapi adanya kondisi kunjungan pariwisata dan daya beli yang menurun, dalam beberapa hari terakhir. Pasalnya, beberapa waktu ini, banyak pelaku usaha pariwisata dan perdagangan yang mengeluhkan hal tersebut.
Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Bantul, Arif Haryanto, mengatakan, pihaknya telah memberikan berberapa solusi alternatif untuk mendongkrak kunjungan pariwisata dan daya beli. Misalnya, untuk peningkatan kunjungan wisatawan, pihaknya menodorong agar pemerintah setempat dapat kembali hidupkan wisata yang pernah mati.
"Kayak di Pantai Selatan itu ada pariwisata yang mati. Nah, itu kami berusaha untuk menghidupkan kembali pariwisata yang mati. Kami juga mendorong agar pemerintah turut serta berupaya bagaimana pariwisata itu kembali bangkit, mungkin dilengkapi dengan agrowisata dan permainan. Tapi itu perlu kajian ya," katanya kepada awak media, Kamis (10/4/2025).
Selain itu, pihaknya mendorong agar pemerintah turut serta mengembangkan promosi pariwisata dengan menggandeng anak-anak muda maupun para influencer sosial media. Di mana, para anak muda dan influencer itu diharapkan menarik banyak wisatawan dengan membuat video wisata Bantul yang menarik.
Lalu, untuk pelaku usaha perdagangan dan sejenisnya disarankan terus meningkatkan mutu produk, kreatif, dan inovatif saat dijual di pasaran.
Pasalnya, saat ini Presiden RI, Prabowo Subianto, dikabarkan telah membuka keran impor seluas-luasnya. Dengan begitu, akan ada produk luar negeri yang masuk dan bersaing dengan produk lokal Tanah Air.
"Nah, itu harus kita cermati, karena kalau dibiarkan begitu saja, produk kita akan kalah saing, kalah jual, dari produk luar negeri. Belum lagi produk kita bersaing dengan harga jual produk luar negeri," tutur Arif.
Sedangkan, untuk kondisi kredit permodalan perbankan atau kredit usaha rakyat (KUR) di Kabupaten Bantul disebut cukup tinggi. Itu terjadi dikarenakan tingginya minat dan kebutuhan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap akses pembiayaan yang terjangkau.
"Ya, kami harap, ke depan, kondisi kunjungan wisatawan dan perdagangan kita banyak diminati dan pemerintah turut andil mencarikan solusi demi peningkatan ekonomi masyarakat," tutup dia.(nei)
Ekonom UGM Beberkan Alasan Kondisi Ekonomi Nasional Melambat: Masalah Kompleks yang Belum Selesai |
![]() |
---|
Keresahan dan Strategi Pengusaha Muda Jogja Hadapi Ekonomi Tak Pasti |
![]() |
---|
Daya Beli Masyarakat Menurun, Pedagang Angkringan di Jogja Keluhkan Omzet Anjlok 50 Persen |
![]() |
---|
Pekerja di Jogja Kencangkan Ikat Pinggang, Pilih Kurangi Jajan demi Penghematan |
![]() |
---|
Pengusaha di DIY Rasakan Penurunan Daya Beli Masyarakat Sejak Pertengahan 2024 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.