Human Interest Story

Cerita Tradisi Wiwitan Gapoktan Sumber Rejeki di Canden Bantul, Wujud Syukur Atas Hasil Panen Padi

Tradisi wiwitan ini digelar untuk nguri-nguri budaya adiluhung, sekaligus menjadi ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

Dok. Pemkab Bantul
TRADISI WIWITAN - Sejumlah petani, jajaran Kementerian Pertanian RI, Pemerintah Kabupaten Bantul dan sejumlah belah pihak sedang mengikuti tradisi upacara wiwitan di area persawahan Kalurahan Canden, Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul, Jumat (7/2/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Sejumlah petani yang tergabung dalam Gapoktan Sumber Rejeki, Kalurahan Canden, Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul, terlihat sibuk mengikuti upacara tradisi wiwitan di area persawahan, di Kalurahan Canden, Jumat (7/2/2025).

Beberapa di antaranya ada yang mengenakan pakaian tradisional Jawa dengan membawa umborampe berisi ingkung, gereh, kedelai, pisang sanggan, sega wiwit atau nasi gurih, hingga jajanan pasar.

Pemerhati Budaya lokal sekaligus bagian dari Gapoktan Sumber Rejeki Kalurahan Canden, Sudarna, mengatakan tradisi itu sudah lama digelar.

Tapi, pada zaman dulu yang mengikuti tradisi itu hanya dari kalangan orang tua.

Kemudian pada tahun 2006, masyarakat dari berbagai usia mulai turut menyemarakkan tradisi tersebut. 

"Pelaksaan tradisi wiwitan itu digelar dua kali dalam setahun. Untuk pelaksanaan wiwitan hari ini adalah yang sederhana, tapi kalau yang digelar besar-besaran ya bulan Juni besok," ucapnya kepada Tribunjogja.com.

Ditambahkan, pelaksanaan tradisi wiwitan ini digelar untuk nguri-nguri budaya adiluhung, sekaligus menjadi ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen padi yang melimpah.

"Itu juga merupakan budaya nenek moyang kita yang perlu terus dilestarikan, supaya tinggalkan anak cucu kita itu besok tahu wiwitan itu apa," jelas Sudarna.

Baca juga: Pemkab Bantul Targetkan Bisa Swasembada Beras Tahun Ini

Ia pun sempat menceritakan soal proses tradisi wiwitan.

Di mana, sehari sebelum pelaksanaan upacara wiwitan, mereka menggelar sumpet yang terbuat dari janur kuning sebagai tanda sudah waktunya panen padi. 

Kemudian, diharapkan hasil panen padi tersebut bisa terdapat manfaat yang banyak bagi para petani.

"Pada hari ini, dilakukan pemetikan padi dengan ani-ani atau alat pemotongan padi yang siap panen. Kemudian, kalau sudah terkumpul sekitar satu genggam padi, itu dirangkai atau dikelabang untuk disimpan supaya padi atau hasil panen itu bisa langsung awet," ujar Sudarna.

Dalam pelaksaan tradisi wiwitan, pihaknya juga menyuguhkan gejog lesung atau kesenian tradisional.

Di mana, itu bagian dari budaya adiluhung yang terus menerus dilestarikan untuk menyambut para tamu yang datang. 

"Gejog lesung itu juga sebagai sarana untuk mengingatkan anak-anak bahwa dulu itu mengolah padi menjadi beras tidak pakai gilingan, tetapi pakai gejog lesung. Kemudian, waktu numbuk padi dikasih klokekan dan tadi dikasih jegogetan supaya lebih semarak," urai dia.

Sementara itu, Ketua Gapoktan Sumber Rejeki Canden, Murtijo, mengatakan, tradisi wiwitan menjadi bagian penen raya sekaligus permulaan Perum BULOG Yogyakarta membeli gabah dari petani setempat.

"Makanya, untuk kesiapan hasil pertanian dari lahan padi yang sementara ini siap panen hanya sekitar satu hektare atau setara 9,6 ton gabah. Kemarin kan kami ubin itu 9,6 ton. Sedangkan untuk panen yang kedua atau bulan Juni besok itu ada sekitar 30-40 hektare," tuturnya.

Hadir dalam kesempatan itu, jajaran Kementerian Pertanian, Pemerintah Kabupaten Bantul, Perum BULOG Kanwil Yogyakarta, dan sejumlah belah pihak, turut hadir dan mengikuti panen raya padi.

"Ini adalah wujud dari komitmen kita semua untuk mendukung program Presiden RI dalam mewujudkan swasembada pangan yang harus tercapai pada 2025. Di mana, Bantul ini harus berkontribusi dalam pencapaian swasembada pangan," tandas dia.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved