Human Interest Story
Cerita Elsa Yuliana Anak Marbot Masjid dari Kulon Progo Masuk UGM Tanpa Tes
Ia lolos masuk Program Studi Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi UGM, melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) tanpa tes
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dengan tekad kuat untuk mengangkat derajat keluarga dan membiayai pendidikan sang adik, Elsa Yuliana (18), calon mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM) asal Sentolo, Kulon Progo, berhasil membuktikan bahwa ketulusan dan kerja keras bisa mengantar siapa pun meraih impian.
Ia lolos masuk Program Studi Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi UGM, melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) tanpa tes. Tak hanya itu, Elsa juga mendapat subsidi Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar 75 persen dari UGM.
Elsa adalah anak kedua dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Sudiyana (47) dan Parjiyah (48).
Sang ayah bekerja sebagai marbot masjid sekaligus buruh cuci, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Penghasilan yang tak menentu membuat Elsa sejak kelas 10 sudah menargetkan untuk masuk kuliah lewat jalur prestasi.
"Saya belajar sendiri karena orang tua tidak bisa membiayai les. Tapi saya tetap semangat,” ujar Elsa, Senin (16/6/2025).
Selama bersekolah di SMA Negeri 1 Wates, Elsa tak hanya fokus belajar. Ia aktif dalam berbagai organisasi, terutama Pramuka, dan telah meraih sejumlah penghargaan hingga tingkat kabupaten.
Ibunya, Parjiyah, menuturkan bahwa sejak kecil Elsa sudah menunjukkan semangat tinggi untuk belajar. “Kalau Elsa bilang mau kuliah, ya saya dukung. Alhamdulillah dia anaknya tahu keadaan orang tua, jadi selalu berusaha,” ucap Parjiyah dengan haru.
Kabar diterimanya Elsa di UGM disambut suka cita oleh keluarga, meski dibarengi kekhawatiran soal biaya kuliah. Ayahnya, Sudiyana, sempat cemas.
“Senang pasti, tapi juga mikir, ‘besok bayarnya gimana?’” kenangnya. Syukurlah, Elsa mendapat keringanan biaya lewat subsidi UKT. “Alhamdulillah, lega rasanya,” tambahnya dengan mata berkaca-kaca.
Meski berasal dari keluarga sederhana, Elsa tak pernah merasa minder dengan pekerjaan ayahnya sebagai marbot. Justru, ia sering ikut membantu membersihkan masjid demi meringankan beban orang tua.
“Kalau Bapak capek, saya bantu bersihin masjid,” ujarnya.
Elsa kini menatap masa depan dengan harapan besar. Ia ingin menyelesaikan kuliah tepat waktu dan segera bekerja agar bisa membantu adiknya yang masih duduk di bangku SD.
“Cita-cita saya sederhana, ingin membalas budi orang tua dan menguliahkan adik. Nggak mau keadaan keluarga begini terus,” ucapnya.
Bagi Elsa, kesempatan kuliah di UGM adalah langkah awal untuk mengubah nasib keluarga. Ia bertekad tak menyia-nyiakan peluang yang ada.
“Pesan saya untuk teman-teman, jangan menyerah apa pun kondisinya, termasuk soal ekonomi. Kalau sudah niat, berdoa, dan berusaha, pasti ada jalan. Yang penting terus berjuang,” tutupnya. (Ard)
Kisah Zaira Bertels, Bangun Usaha Pemanfaatan Limbah di Sleman Jadi Produk Interior Berskala Ekspor |
![]() |
---|
Cerita Siswi Sekolah Rakyat di Bantul, Sempat Susah Tidur dan Kangen Rumah |
![]() |
---|
Cerita Faishal Ahmad Kurniawan, Putra Bantul yang Lolos Jadi Anggota Paskibraka Nasional 2025 |
![]() |
---|
KISAH Mbah Sutarji, Pejuang Penambal Jalan Berlubang yang Ikhlas Tanpa Minta Imbalan |
![]() |
---|
Kisah Putri Khasanah, Anak Pedagang Asongan di Bantul yang Bisa Kuliah Gratis di UGM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.