Wali Pelajar di Kulon Progo Keberatan dengan Kebijakan Libur Sekolah Sebulan saat Ramadan

Ia khawatir anaknya akan tenggelam di kegiatan yang tidak jelas. Selain itu, sulit baginya untuk mengawasi aktivitas anaknya karena ia bekerja

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Yoseph Hary W
ist
Ilustrasi libur sekolah saat ramadan 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Pemerintah pusat berencana membuat kebijakan libur sekolah selama sebulan saat Ramadan di 2025 ini.

Kebijakan tersebut kini tinggal menunggu Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Menteri Dalam Negeri.

Namun keputusan ini mendapat keberatan dari para wali pelajar di Kulon Progo. Mereka khawatir dampaknya pada kemampuan akademik anak hingga nihilnya kegiatan selama menjalani puasa.

Seperti yang diungkapkan oleh Tinuk, ibu 2 anak asal Kapanewon Temon. Ia tidak setuju dengan kebijakan tersebut karena akan membuat anak-anaknya menjadi bosan saking lamanya masa libur.

"Selama sebulan kan jadinya tidak ada kegiatan, otomatis anak-anak malah bosan," katanya dihubungi pada Jumat (17/01/2024).

Tinuk yang kedua anaknya masih di jenjang Sekolah Dasar (SD) ini juga khawatir aktivitas pembelajaran jadi kurang efektif.

Apalagi ia tidak bisa terus mendampingi anak-anaknya untuk belajar di rumah selama libur, lantaran ia juga harus bekerja.

Menurutnya, akan lebih baik jika liburnya cukup selama 2 minggu. Atau liburnya diberlakukan seminggu menjelang Hari Raya Idulfitri dan seminggu setelahnya.

"Sebaiknya kebijakan itu direvisi, atau tidak dilaksanakan sama sekali," ujar Tinuk.

Evi, wali pelajar asal Kapanewon Pengasih mengatakan kebijakan tersebut juga akan memberatkan dirinya sebagai non muslim.

Sebabnya anaknya akan kebingungan untuk menghabiskan waktu libur yang terbilang terlalu lama.

Ia khawatir anaknya akan tenggelam di kegiatan yang tidak jelas. Selain itu, sulit baginya untuk mengawasi aktivitas anaknya selama libur, karena dirinya pun juga harus bekerja.

"Lagipula, yang namanya puasa kan bukan berarti tidak melakukan apa-apa, tetap produktif dengan pembelajaran di sekolah meski jam pelajarannya bisa dikurangi selama Ramadan," jelas Evi yang anaknya kini duduk di bangku kelas 2 SMP ini.

Setali tiga uang, Amin juga khawatir jika nanti anaknya yang masih kelas 2 SD justru akan berat dalam menjalani ibadah puasa jika libur sebulan selama Ramadan. Sebab tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan.

Menurutnya, justru dengan tetap adanya aktivitas sekolah, proses puasa bagi anak tidak akan terasa berat. Sebab mereka sibuk dengan aktivitas sehingga durasi puasa pun tidak begitu terasa.

"Jadi anak saya juga tetap semangat menjalani puasanya sampai waktu berbuka," kata ibu rumah tangga asal Kapanewon Wates ini.

Amin lebih setuju jika liburnya hanya selama 2 hari di awal puasa. Menurutnya, 2 hari sudah cukup bagi anak-anak untuk belajar dan membiasakan diri menjalankan puasa, sedangkan setelahnya tetap bisa belajar seperti biasa.(alx)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved