Kenaikan PPN 12 Persen Mulai 2025, Pedagang Pasar Beringharjo Khawatir Harga Bapok Terpengaruh

Kenaikan Pajak Pertumbuhan Nilai (PPN) menjadi 12 persen per 1 Januari 2025 belum berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok di Kota Yogya.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
Istimewa
Bringharjo Great Sale (BGS) merupakan event belanja berhadiah di Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta, yang diselenggarakan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta melalui UPT Pusat Bisnis diselenggarakan selama 3 bulan, mulai tanggal 25 Oktober 2024 sampai 25 Januari 2025. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA  - Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen per 1 Januari 2025 belum berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok di Kota Yogya.

Lonjakan banderol sejumlah komoditas yang terjadi sejauh ini, lebih disebabkan oleh momen libur panjang Natal dan tahun baru (Nataru), serta peningkatan intensitas hujan.

Berdasar pantauan Tribun Jogja di Pasar Beringharjo, Senin (23/12/24), harga beras premium masih di angka Rp16 ribu per kilogram dan antara Rp10-12 ribu untuk jenis SPHP.

Kemudian, minyak goreng kemasan premium Rp18 ribu per liter, minyak goreng Minyakita Rp15.700, telur ayam ras antara Rp27-30 ribu, serta gula pasir curah di kisaran Rp17 ribu.

Namun, salah seorang pedagang di Pasar Beringharjo, Kota Yogya Sri Handani, mengaku tetap khawatir dengan kebijakan kenaikan PPN jadi 12 persen mulai tahun depan.

Terlebih, berdasar kabar angin yang didengarnya beberapa hari terakhir, lonjakan pajak tersebut bakal memberi pengaruh pada harga-harga kebutuhan pokok.

"Harga nanti pasti terpengaruh, jadi lebih tinggi. Khawatirnya, ya permintaannya berkurang. Apalagi di awal-awal, butuh penyesuaian. Tapi selanjutnya itu jadi biasa," katanya.

Baca juga: Kenaikan PPN 12 Persen Dinilai Merugikan Buruh, MPBI DIY Tuntut Kebijakan Adil

"Kayak dulu (PPN) dari 10 persen ke 11 persen, sekarang ke 12 persen. Tapi, ini belum berpengaruh, kalau dengar-dengar ya mulai Januari ada kenaikan," tambah Sri.

Pedagang Pasar Beringharjo lainnya, Ida Chabibah, menuturkan, 80 persen harga sayur mayur dewasa ini memang mengalami lonjakan akibat momen Nataru dan musim hujan.

Menurutnya, lonjakan banderol bahan pangan itu merupakan siklus yang lumrah dan biasa terjadi setiap tahunnya.

"Cabai rawit, cabai keriting, cabai teropong, naik semua. Yang paling menonjol cabai keriting, sekarang sudah Rp60 ribu, dari 25, 30, sekarang 60, langsung drastis," katanya.

Menurutnya, sejauh ini belum terlihat tanda-tanda kenaikan harga kebutuhan pokok yang disebabkan oleh kebijakan PPN 12 persen mulai Januari tahun depan.

Meski demikian, ia tidak menampik, ada kekhawatiran banderol sayur-mayur yang merupakan komoditas dagangannya, ikut terpengaruh.

"Ya khawatir, karena bisa berpengaruh (ke penjualan) kalau harganya naik. Tapi kita enjoy saja ya, mengalir saja. Toh, penyebab naik turunnya harga juga bermacam-macam," urainya. (aka)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved