Gunungan Sampah di Depo Kotabaru Yogyakarta Mulai Dieksekusi Bertahap

Tumpukan sampah yang menyentuh 20-30 ton tersebut, kondisinya sekarang sudah jauh berkurang dibanding sebelumnya.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
Seorang pengendara sepeda motor tampak menutup hidung saat melintasi Depo Kotabaru, Kota Yogyakarta. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemkot Yogyakarta mulai mengeksekusi gunungan limbah yang menumpuk di Depo Kotabaru, yang berlokasi utara Gedung RRI Yogya.

Namun, Kabid Pengelolaan Persampahan DLH Kota Yogyakarta, Ahmad Haryoko, mengatakan, karena keterbatasan kuota, eksekusi harus dilakukan secara bertahap.

"Kuota baik di pengolahan dan di lainnya tidak bisa langsung seperti di TPA. Jadi, ya kami cicil, tapi kami usahakan bisa selesai dalam waktu satu minggu ini," katanya, Jumat (8/11/2024).

Ia pun mengungkapkan, tumpukan sampah yang menyentuh 20-30 ton tersebut, kondisinya sekarang sudah jauh berkurang dibanding sebelumnya.

Haryoko tidak memungkiri, sampah menggunung karena minimnya pengawasan di Depo Kotabaru, yang selama ini hanya dilakukan pada siang hari saja.

"Sekarang mulai dilakukan penjagaan di malam hari oleh linmas. Jadi, otomatis kalau nggak dijaga itu para pembuang yang nggak mau tertib dengan jadwal kami, mereka masuk di malam hari," ujarnya.

Dijelaskan, jadwal pembuangan di Depo Kotabaru selaras dengan depo-depo lain di Kota Yogya, sehingga masyarakat yang hendak melakukan pembuangan harus tertib menaatinya.

Baca juga: Tumpukan Sampah di Depo Kotabaru Sentuh 20 Ton, DLH Kota Yogyakarta Jadwalkan Pengangkutan

Meski demikian, Haryoko menyebut, pelanggar jam pembuangan kemungkinan didominasi oleh warga yang tinggal di luar seputaran Kotabaru.

"Ada indikasi bukan warga Kotabaru, warga yang lain di luar Kotabaru pasti ada itu," cetusnya.

Sebelumnya, fenomena gunungan limbah di Depo Kotabaru dikeluhkan masyarakat yang sehari-harinya melintas atau beraktivitas di kawasan tersebut.

Parwanto, yang lokasi kerjanya tidak jauh dari Depo Kotabaru, merasakan langsung dampak tumpukan sampah yang tidak kunjung diangkut.

Ia menyebut, aroma tak sedap khas sampah yang sudah lama mengendap mulai muncul dan seringkali terbawa angin hingga ruang kerjanya.

"Apalagi sekarang semakin sering turun hujan ya. Baunya pun semakin parah, karena sampahnya jadi basah kan," tandasnya.

Ia berharap, pemerintah segera mengambil tindakan, karena Kotabaru merupakan kawasan heritage yang sarat aktivitas publik, maupun wisatawan.

Jika dibiarkan, Parwanto khawatir, timbulan air lindi dan gerombolan tikus yang mulai menyerbu Depo Kotabaru, berdampak pada kesehatan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved