Masyarakat Antusias Saksikan Wayang Wong Pembukaan Pameran Parama Iswari di Kraton Yogyakarta
Koleksi yang ditampilkan adalah yang berhubungan dengan perempuan, baik busana, perhiasan, manuskrip juga arsip catatan keuangan.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar pameran akhir tahun dengan tajuk Parama Iswari, Mahasakti Karaton Yogyakarta hingga 26 Januari 2025 mendatang.
Pimpinan Produksi Pameran Paramaiswari, Nyi R. Ry. Noorsundari mengatakan pameran ini bercerita tentang peran perempuan di Kraton Yogyakarta dari masa HB I sampai saat ini.
Adapun koleksi yang ditampilkan adalah yang berhubungan dengan perempuan, baik busana, perhiasan, manuskrip juga arsip catatan keuangan.
“Pada pameran ini juga terdapat kegiatan pendukung seperti workshop dan public lecture yang dimaksud untuk diskusi dan edukasi ke masyarakat kedudukan dan peran wanita dalam berbagai tahap kehidupan,” katanya.
Mahasakti Kraton Yogyakarta melihat peran perempuan sebagai pendamping dan pendukung utama pria demi keseimbangan kehidupan, dan persepsi yang jujur tentang kekuatan perempuan.
“Parama Iswari utamanya perempuan utama, bahwa sebenarnya perempuan juga berperan dalam kelangsungan hidup bangsa,” ujarnya.
Pameran dibuka dengan pagelaran Wayang Wong dengan lakon Darmadewa-Darmadewi, dengan empat episode.
Pada episode kedua yaitu Nitis, mengisahkan Batara Brama yang terkejut atas kedatangan bayi raksasa yang dapat tumbuh dewasa dan diberi nama Bomasura.
Bomasura bersikeras ingin mencari ayahnya, Batara Wisnu.
Baca juga: Sri Sultan HB X Dorong Karang Taruna Ikut Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi di Desa
Dalam perjalananya, Bomasura berhasil bertemu dengan kakeknya yaitu Sang Hyang Antaboga dan ibunya yaitu Dewi Pertiwi.
Pada pertemuan itu, Bomasura mendapatkan pusaka berupa Cangkok Wijayakusuma dan kendaraan berupa Gajah Mina.
Kisah tersebut ditutup dengan perjalanan Bomasura yang berhasil membunuh raja di negara Surateleng bernama Bomantaka.
Bomasura berhasil menjadi raja di negara Ssurateleng, dengan gelar Prabu Bomantara. Kemudian Surateleng diganti menjadi negara Trajutrisna.
Pagelaran Wayang Wong tersebut mendapat sambutan antusias dari pengunjung.
| Soal Potensi Wanita Pimpin Kraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X: Republik Tak Bedakan Pria dan Wanita |
|
|---|
| Pagelaran Beksan Trunajaya Kraton Yogyakarta Hibur Sri Sultan dan Masyarakat |
|
|---|
| Dua Kereta Kencana Abad ke-19 Kembali Miyos di Kirab Trunajaya Keraton Yogyakarta |
|
|---|
| Setahun Pemerintahan Prabowo, Trah Sri Sultan HB II Desak Pengembalian Aset Rampasan Geger Sepehi |
|
|---|
| Fakta-fakta Kasus Penipuan Surat Kekancingan di DIY: Warga Kraton Tipu Korban hingga Rp 900 Juta |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Wayang-Wong-lakon-Dermadewa-Dermadewi-episode-Nitis.jpg)