GLOBAL VIEWS 

Barat Makin Cemaskan China-Rusia di Benua Afrika

Hubungan Tiongkok dan Afrika dalam berbagai perspektif sedang memasuki fase baru. Tiongkok tidak lagi hanya menjadi mitra ekonomi Afrika.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
IST/ThisIsAfrica
Jembatan gantung Maputo-Katembe sepanjang lebih dari 3 kilometer merupakan jembatan terpanjang di Benua Afrika, 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – China awal September 2024 menggelar konferensi Sino-Afrika, yang dihadiri puluhan pemimpin benua Afrika.

Ini forum ke-9 Kerja Sama Tiongkok-Afrika (FOCAC), dan pertemuan 4-6 September itu secara signifikan menandai fase penting hubungan Afrika dengan mitra globalnya di era pasca-Covid.

Tiongkok adalah mitra utama terakhir yang mengadakan KTT dengan negara-negara Afrika setelah berakhirnya pandemi corona.

KTT Afrika sebelumnya diadakan Uni Eropa dan AS pada tahun 2022, dan oleh Rusia pada tahun 2023. Masing-masing forum memiliki plus minus masing-masing.

Vsevolod Sviridov, pakar di Pusat Studi Afrika, Sekolah Tinggi Ekonomi Moskow menulis secara apik di situs Russia Today, 11 September 2024, menyangkut perubahan serius di Afrika ini.

Pandemi, ditambah dengan meningkatnya ketegangan global, pergeseran ekonomi makro, dan serangkaian krisis, menurut Vsevolod Sviridov, menggarisbawahi meningkatnya peran Afrika dalam ekonomi dan politik global.

Baca juga: Sejarah Kelam Kolonialisme dan Imperialisme Eropa di Benua Afrika

Baca juga: Afrika Selatan Bungkam Negara negara Barat Pendukung Israel

Baca juga: Menlu Uganda : Afrika Tahu Siapa Sesungguhnya Musuh Mereka

Perkembangan ini sangat disadari Tiongkok, yang telah mengalami perubahan besar baik internal maupun eksternal sebagai akibat pandemi hebat yang merenggut jutaan nyawa manusia.

Hubungan antara Tiongkok dan Afrika dalam berbagai perspektif sedang memasuki fase baru. Tiongkok tidak lagi hanya menjadi mitra ekonomi istimewa bagi Afrika.

China telah menjadi sekutu politik dan militer utama bagi banyak negara Afrika. Hal ini terbukti meningkatnya peran Tiongkok dalam peningkatan ketrampilan aparatur negara di benua itu.

Beijing melatih pegawai negeri sipil Afrika dan berbagi keahlian dengan mereka, serta dari beberapa inisiatif yang diumumkan pada pertemuan puncak tersebut, termasuk kerja sama militer-teknis.

China siap memberi pelatihan perwira militer, upaya pembersihan ranjau darat, dan menyediakan lebih dari $ 100 juta untuk mendukung angkatan bersenjata negara-negara Afrika.

Namun, di arena politik, Beijing terlihat melangkah sangat hati-hati. Inisiatif yang disebutkan di atas harus dilihat sebagai upaya tentatif pertama daripada strategi sistematis.

Meskipun Tiongkok berusaha menghindari konfrontasi politik dengan barat di Afrika dan bahkan bekerja sama erat dengannya dalam isu-isu tertentu, hal itu menjadi semakin sulit dilakukan.

Washington bertekad untuk menjalankan kebijakan konfrontasi dengan Beijing di Afrika, hal ini terbukti dari retorika AS dan dokumen-dokumen strategisnya.

Perpisahan Tiongkok dan barat hampir tidak dapat dihindari, jika Beijing melangkah sendiri dan mengabaikan posisi barat.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved