Kontroversi Chattra Candi Borobudur

Batal Dipasang di Puncak Borobudur, Chattra van Erp Takkan Disusun Lagi

Chattra van Erp yang semula ditempatkan di halaman MCB Borobudur, dan sudah dibongkar serta diurai, tidak akan direkonstruksi lagi.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo
Tim BRIN pada Kamis (5/9/2024) tampak mengukur chattra hasil rekonstruksi Theodore van Erp yang dilanjutkan penyusunan ulang oleh Balai Konservasi Borobudur sejak 1995. Chattra itu kini ditempatkan di halaman Balai Konservasi Borobudur atau kini Bernama Museum Cagar Budaya Borobudur. 

Jika ada pihak yang ingin memaksakan kehendak memasang chattra di stupa induk Borobudur, maka sebaliknya harus ada kajian final yang komprehensif.

Di kalangan Budhis pun menurut Daud Tanudirjo juga pendapatnya masih terbagi. Ada yang ingin cahttra dipasang, tapia da juga yang menganggap tidak perlu dipasang di Borobudur.

Sebab, kata Daud Tanudirjo, kehadiran chattra di stupa puncak Borobudur bisa mempengaruhi otentisitas bangunan itu.

Secara arkeologi, tidak ada bukti kongkret di stupa puncak itu pernah dipasangi simbol payung. Jika dipaksakan, hal ini bisa berpengaruh ke status Borobudur sebagai World Heritage UNESCO.

Polemik Lama 

Chattra di stupa induk Candi Borobudur menjadi polemik selama puluhan tahun, sejak Theodore van Erp merestorasi candi Budha itu pada tahun 1907 hingga 1911.

Chattra hasil rekonstruksi van Erp pada tahun 1931 sempat dipasang di stupa  induk, tapi diturunkan kembali.

Theodore van Erp merasa ragu menyusul kritik dan kontroversi apakah Candi Borobudur berchattra atau tidak.

Van Erp mengganggap belum memiliki dasar dan bukti-bukti kuat di stupa puncak pernah ada chattra atau simbol payung di bangunan suci Budhist.

Dalam khasanah bangunan suci Budhist, chattra merupakan bagian dari stupa yang berbentuk payung bersusun tiga.

Letak chattra berada paling atas. Secara umum, stupa tersusun dari alas membulat yang ditinggikan dan diletakkan di bawah kubah.

Lalu pada bagian atas kubah terdapat harmika atau tanah berpagar juga as roda atau batang untuk menopang chattra

Chattra menyimbolkan perlindungan bumi dari kekuatan jahat. Selain itu, chattra juga bermakna sebagai objek persembahan surgawi dan juga penanda anggota keluarga kerajaan.

Jumlah chattra di atas stupa pada masa India kuno adalah tiga belas.  Jumlah ini merupakan lambang penghormatan bagi raja penguasa dunia atau kerajaan yang memiliki daerah kekuasaan yang luas.

Meskipun demikian, berdasarkan maksud dan tujuan didirikannya stupa, budaya lokal, keterampilan dari perajin lokal serta keyakinan masyarakat setempat dapat menyebabkan beragamnya bentuk bagian-bagian stupa (alas, kubah, harmika, dan payung).

Oleh karena itu, bentuk dan gaya arsitektur stupa dapat berbeda-beda, baik antar daerah maupun antar negara.

Perbedaan-perbedaan itu bisa dilihat di negara-negara Asia yang pengaruh ajaran Buddha kuat atau berkembang, seperti India, Sri Lanka, Thailand, Kamboja, Nepal, dan Tibet. (Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumarga)

 

 

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved