Kontroversi Chattra Candi Borobudur

Soal Pemasangan Catra Candi Borobudur : Kajian Teknis Rampung

Pemerintah Indonesia tengah melakukan persiapan untuk pemasangan kembali catra di puncak stupa induk Candi Borobudur . 

|
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Yuwantoro Winduajie
Catra yang sudah dibongkar berada di area parkir MCB dalam kondisi ditutup terpal untuk mengindari guyuran hujan, Selasa (10/9/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Pemerintah Indonesia tengah melakukan persiapan untuk pemasangan kembali catra di puncak stupa induk Candi Borobudur

Namun, sejumlah langkah teknis dan administratif masih harus ditempuh sebelum catra tersebut dapat dipasang.

Catra yang hendak dipasang itu sebelumnya tersimpan di Museum Cagar dan Budaya (MCB) Warisan Dunia Borobudur, merupakan bangunan berupa tugu yang pernah dipasang pada masa pemugaran Candi Borobudur oleh Theodoor van Erp antara tahun 1907-1911. 

Namun, catra tersebut kemudian diturunkan beberapa pekan setelah pemasangannya.

Sub Koordinator MCB Warisan Dunia Borobudur, Wiwit Kasiyati mengatakan, saat ini tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kementerian Agama telah menyelesaikan kajian teknis pemasangan catra yang berlangsung sepanjang 1-11 September 2024 lalu.

Kajian teknis dilakukan menyusul keluarnya izin dari Kemendikbud Ristek terkait kegiatan tersebut.

Saat ini catra hasil rekonstruksi van Erp  sudah dibongkar untuk dilakukan pengukuran dan fragmen-fragmennya terpantau berada di area parkir kantor MCB.

"Proses pemasangan catra ini memerlukan kajian teknis dan Detail Engineering Design (DED) yang harus dipelajari secara mendalam oleh tim dari BRIN serta Kementerian Agama. Harus ada kajian teknis dan DED-nya. Kemudian juga nanti harus ada HIA-nya (Heritage Impact Assessment). Semua itu harus disampaikan juga ke UNESCO karena ini adalah warisan dunia yang memiliki aturan dan guideline tersendiri," ujar Wiwit di kantornya, Selasa (10/9/2024).

Wiwit mengaku memperoleh informasi, salah satu hasil sementara dari kajian teknis BRIN menunjukkan rekomendasi agar catra tersebut tidak dipasang kembali karena kekuatan struktur stupa dinilai lemah untuk menopang catra. Pemasangan pun dinilai berisiko.

Terlebih catra memiliki berat mencapai 1,4 ton, ini dianggap dapat membahayakan stabilitas stupa utama yang diketahui memiliki struktur berongga di dalamnya.

"Di beberapa grup sudah dikeluarkan dari BRIN hasil sementara itu kan rekomendasinya tidak dipasang karena kekuatan struktur sangat lemah sehingga berbahaya ketika dipasang. Itu hasil sementara," ujar Wiwit.

"Mestinya tim kajian teknis ini, akan melaporkan kepada pimpinannya di Jakarta. Untuk selanjutnya saya belum update lagi," sambungnya.

Menanggapi isu penolakan pemasangan catra di media sosial, Wiwit mengaku telah mengikuti diskusi tersebut namun dia menegaskan bahwa keputusan akhir mengenai pemasangan catra adalah ranah kebijakan politis.

"Kami baca juga komen-komen masyarakat, para arkeolog, IAAI (Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia), dan berbagai pihak. Mereka menyampaikan fakta dan data, tapi kalau tetap dipasang itu ranah kebijakan politis yang sudah kita tak tahu," jelasnya.

Terpisah, Direktur Kebijakan Pembangunan Manusia, Kependudukan, dan Kebudayaan BRIN Prof Anugerah Widiyanto menyebut kajian teknis dan penyusunan DED catra sudah rampung dikerjakan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved