GLOBAL VIEWS
Houthi Yaman yang Bikin Makin Tak Nyaman Paman Sam
Pemimpin Houthi Abdul Malik al-Houthi mengancam akan memperluas operasi melawan Israel dan negara-negara barat yang mendukungnya di darat.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
Penyesuaian-penyesuaian dilakukan karena produk Eropa Timur itu ditempatkan di wilayah yang sangat ekstrem geografi dan cuacanya.
Sistem rudal Kub atau kuadrat pada akhirnya terbukti punya daya tahan lama, masih relevan dan sangat efektif menandingi kehebatan teknologi drone termodern barat.

Kelompok militer Houthi sukses memaksimalkan kemampuan persenjataan lama dari era perang dingin itu di medan tempur Yaman yang sangat terbuka.
Houthi bahkan menemukan cara mengubah jenis bahan bakar rudal antipesawat era Soviet, dari bahan bakar propelan yang rumit, menjadi bakar minyak tanah murni yang mudah diproduksi.
Inovasi dan modifikasi ini tidak dilakukan Houthi sendirian. Setelah Soviet bubar, koneksi Yaman ke Rusia relatif terbatas.
Tapi Houthi memiliki kedekatan dengan Iran, yang jauh lebih ahli di bidang pengembangan senjata. Iran juga sebagian menguasai teknologi senjata eks Soviet.
Secara rahasia, para ahli senjata Iran membantu Houthi mengembangkan rudal-rudal baru khusus untuk target kapal laut.
Teheran juga membantu Houthi mengembangkan drone-drone intai maupun drone penyerang, serta sistem rudal balistik jarak jauh.
Drone Houthi yang menembus Tel Aviv dan rudal balistik Yaman yang menghantam kota Eilat Israel adalah petunjuk kuat, ada kekuatan yang memberi bantuan teknologi pemandu dan penginderaan jarak jauh.
Houthi tidak memiliki teknologi ini. Karena itu faktor Iran dan mungkin Rusia, memiliki andil sangat besar atas sukses Ansharullah Yaman.
Kelebihan ini masih ditambah petempur Houthi Yaman cepat beradaptasi dengan teknologi baru, serta sarat pengalaman menghadapi arsenal militer barat.
Gerilyawan Houthi dikenal memiliki spirit dahsyat, kenyang penderitaan, dan terbiasa bergerak dengan dukungan sarana prasarana seadanya.
Sejak lama, petempur infantri Houthi atau Ansharullah Yaman dikenal sebagai para pejuang bersandal jepit, bersarung, dan menggendong tas ransel perbekalan.
Meski begitu, mereka tergolong para prajurit yang tidak hanya memahami teknologi barat, taktik barat, dan tahu cara menghadapinya dengan biaya sangat rendah.
Meremehkan Houthi akan menjadi kesalahan besar, dan itu yang sedang terjadi. Pentagon umumnya menunjukkan kecenderungan berbahaya untuk meremehkan musuh-musuhnya.
Akhirnya koalisi Arab gagal menundukkan Houthi, dan barat pun susah payah menghadapi perlawanan mereka.
Keberadaan kelompok Houthi atau Ansharullah Yaman di peta besar konflik Timur Tengah kini menjadi sangat signifikan.
Mereka menjadi proksi Iran, dan bahkan kemungkinan besar Rusia, guna memberi perimbangan atas hegemoni Amerika Serikat dan dominannya kekuatan udara Israel di kawasan ini.
Menyusul tewasnya Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Hamas di Teheran dan Fuad Shukr tokoh Hizbullah Lebanon di Beirut, posisi Houthi Yaman bisa menjadi semakin berbahaya.
Iran bisa menjadikan wilayah kekuasaan Houthi Yaman sebagai titik peluncuran serangan jarak jauh ke Israel.
Ini adalah solusi blokade wilayah udara Yordania dan Arab Saudi, yang tidak mengizinkan digunakan sebagai jalur lintasan rudal balasan ke Israel.
Houthi Yaman telah memperlihatkan kekuatan mereka yang layak ditakuti. Kapal-kapal tanker dan logistik terkait Israel telah ditenggelamkan di Laut Merah.
Amerika Serikat dan Inggris yang berusaha keras menundukkan Houthi Yaman, gagal total, tak berkutik.
Wilayah Yaman yang tandus bergunung-gunung, jadi kuburan menakutkan bagi kekuatan asing yang berupaya melumpuhkan kelompok Houthi.
Mereka terseok-seok melawan petempur bersandal jepit yang lahir dari rahim revolusi warna di Timur Tengah.(Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumarga)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.