Flashmob 'Suwe Ora Jamu' Semarakkan Minggu Pagi di Kawasan Malioboro Yogyakarta
Flashmob tersebut merupakan sajian dari para alumni SMA N 2 (Smada) Surabaya tahun 1984, yang tengah menggelar reuni di Kota Yogyakarta.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Suasana semarak dan penuh ingar bingar tersaji di kawasan Malioboro, khususnya di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, pada Minggu (8/9/2024) pagi.
Keramaian pengunjung khas akhir pekan terlihat semakin hidup berkat suguhan flashmob bertajuk 'Suwe Ora Jamu' tepat di sisi barat Monumen Serangan Umum 1 Maret.
Rupanya, flashmob tersebut merupakan sajian dari para alumni SMA N 2 (Smada) Surabaya tahun 1984, yang tengah menggelar reuni di Kota Yogyakarta.
Terang saja, kegiatan itu sontak mengundang perhatian dari warga masyarakat maupun wisatawan yang tengah beraktivitas di pusat Kota Pelajar ini.
Diiringi tembang jawa 'Suwe Ora Jamu' yang sarat akan makna pertemuan, publik pun tampak tidak canggung membaur dan mengikuti flashmob.
Alhasil, berangkat dari reuni, kegiatan ini berhasil disulap menjadi wadah interaksi sosial yang melibatkan kalangan umum di luar komunitas.
Penggagas dan Penanggungjawab Reuni Smada Surabaya 1984, Budi Sumitro, mengaku tidak membayangkan flashmob yang digelarnya bakal semeriah ini.
Baca juga: Marak Vandalisme, Dishub Kota Yogya Gelar Aksi Bebersih Rambu Lalu Lintas
Akan tetapi, dirinya memahami, kultur masyarakat Kota Yogyakarta yang ramah dan mudah membaur, memberikan pengaruh sangat kuat.
"Sebetulnya ini di luar ekspektasi. Tapi, bahagia sekali, masyarakat dan wisatawan ikut meramaikan flashmob kami. Terus terang, harapan kami memang seperti itu," tandasnya.
Secara khusus, ia mengungkapkan, vibes yang masih kental dengan nuansa budaya, menjadi alasannya menggelar reuni akbar di Kota Yogyakarta.
Selain menyuguhkan flashmob, pihaknya pun membagikan beragam jenis jamu tradisional, yang dapat diakses masyarakat umum.
"Jamu itu kan minuman tradisional dan sarat filosofi. Maka, kami padukan dengan flashmob ini, harapanya bisa menginspirasi orang untuk menjaga kebersamaan dan menerapkan hidup sehat," urainya.
Sementara, Ketua Panitia Reuni, Heri Muharyadi, menandaskan, kegiatan kali ini diikuti ratusan peserta yang datang dari berbagai daerah.
Menurutnya, Kota Yogyakarta dengan segudang daya tariknya, menjadi tempat yang paling tepat untuk melepas rindu dengan kawan-kawan lama.
"Kami tidak mau cuma sekadar bertemu, kumpul, makan, nyanyi-nyanyi terus pulang. Tapi, kami ingin membuat suatu karya untuk lebih mengguyubkan teman-teman alumni," katanya.
"Makanya, dalam reuni 40 tahun ini, kami mengusung sebuah tema besar 'kabisat', yang artinya kita bisa dan hebat. Kita ingin kegiatan ini bisa menginspirasi kalangan luas," pungkas Heri. (*)
| Pemkot Yogya Tata Pedestrian Jl Tentara Pelajar, Pedagang Berharap Mendapat Tempat Relokasi Layak |
|
|---|
| Copenhagen Jogja: Tempat Nongkrong Estetik di Jakal Km 9 |
|
|---|
| Din Syamsudin Sebut Penggantian Nama FAI UMY Jadi FSIP Upaya Peradaban Baru Umat Islam |
|
|---|
| Imbas Pengendara Motor Terperosok Lubang Galian Proyek, DPRD Kota Yogyakarta Gelar Sidak |
|
|---|
| Sekolah di Kota Yogyakarta Dukung Wacana Bahasa Portugis Masuk Kurikulum, Ini Alasannya |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.