Din Syamsudin Sebut Penggantian Nama FAI UMY Jadi FSIP Upaya Peradaban Baru Umat Islam

Menurutnya, perubahan tersebut memiliki justifikasi yang kuat dari sisi teologis, historis, sosiologis, dan futurologis.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Yoseph Hary W
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Din Syamsuddin 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) secara resmi meluncurkan Fakultas Studi Islam dan Peradaban (FSIP), menggantikan nomenklatur sebelumnya yaitu Fakultas Agama Islam (FAI). 

Peluncuran yang berlangsung pada Senin (27/10/2025) di Amphitheater Gedung Ibrahim E6 lantai 5 ini turut dihadiri oleh Prof Dr Din Syamsuddin, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus tokoh nasional yang dikenal sebagai cendekiawan Muslim terkemuka.

Dalam paparannya, Din Syamsuddin menegaskan bahwa perubahan ini bukan sekadar pergantian nama, melainkan strategi mendalam untuk membangun paradigma baru dalam peradaban Islam. 

Menurutnya, perubahan tersebut memiliki justifikasi yang kuat dari sisi teologis, historis, sosiologis, dan futurologis.

“Pertanyaannya bukan sekadar tentang nama dan istilah, tetapi tentang makna di balik nama itu sendiri. Perubahan dari FAI ke FSIP memiliki dasar yang mendalam. Inilah manifestasi dari upaya menciptakan peradaban baru umat Islam di dunia,” ujar Din Syamsuddin.

Lebih lanjut, Din menjelaskan bahwa langkah UMY ini sejalan dengan tren pendidikan Islam modern, khususnya di lingkungan Muhammadiyah, yang berupaya menghapus dikotomi antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum.

“Inilah arti penting perubahan ini, yakni untuk mengaitkan seluruh ilmu dengan paradigma tauhid. Ini bukan langkah sederhana, melainkan misi besar untuk mengintegrasikan ilmu dalam kerangka keislaman yang holistik,” imbuhnya.

Menurut Din, Islam memandang manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan tugas utama membangun peradaban. 

Dalam konteks Muhammadiyah, peradaban tersebut dimaknai sebagai terwujudnya kemakmuran, keadilan, dan kemajuan hidup umat manusia. 

Karena itu, seluruh pengembangan ilmu pengetahuan di UMY harus diarahkan pada kontribusi nyata bagi terbangunnya peradaban tersebut.

Din Syamsuddin juga menyoroti kondisi peradaban global kontemporer yang dinilai tengah mengalami kekacauan nilai akibat dominasi paham liberalistik. 

Menurutnya, sistem dunia modern kini menghadapi disrupsi besar, ketimpangan kepentingan, serta krisis moral dan spiritual yang mengancam tatanan kemanusiaan.

“Sistem dunia sekarang sangat liberalistik, penuh kekacauan dan ketidakpastian. Ini harus diubah oleh umat Islam melalui pembangunan peradaban baru,” tegasnya.

Oleh karena itu, perubahan nomenklatur FAI menjadi FSIP diharapkan menjadi strategi konkret UMY dalam membangun ‘peradaban tandingan’ (counter-civilization) yang lebih adil, beradab, dan berorientasi pada kemaslahatan universal.

Sebagai fakultas baru, FSIP UMY diharapkan menjadi pusat integrasi lintas disiplin ilmu yang menghubungkan pengetahuan keagamaan dan sains modern dalam satu sistem keilmuan berbasis tauhid.

“Melalui integrasi ini, FSIP diharapkan dapat menjadi Ummul Kulliyat, induk dari seluruh ilmu, yang melahirkan pengembangan ilmu pengetahuan berbasis tauhid dan peradaban yang komprehensif, lengkap, dan indah (kamil, syamil, jamil),” tutup Din Syamsuddin. (hda)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved