Mengapa Harga Tiket Pesawat di Indonesia Bisa Lebih Mahal dari Negara Lain? Ini Kata Pakar UGM
Di tingkat global, tingginya harga tiket maskapai udara di Indonesia hanya kalah dari Brasil.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Mahalnya harga tiket pesawat di Indonesia mendapat sorotan di masyarakat.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, turut memberi perhatian soal ini.
Harga tiket pesawat di Indonesia tercatat paling mahal kedua di dunia.
Di tingkat global, tingginya harga tiket maskapai udara di Indonesia hanya kalah dari Brasil.
Sementara di ASEAN, Indonesia adalah negara yang rata-rata harga tiket pesawatnya paling mahal.
Ahli Ekonomi Transportasi sekaligus peneliti senior Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM, Ir. Dwi Ardianta Kurniawan, ST., M.Sc mengakui tiket domestik pesawat di Indonesia rata-rata lebih mahal dibandingkan dengan tiket keluar negeri.
Menurutnya, ada beberapa aspek berpengaruh terhadap kondisi tersebut, di antaranya persaingan pasar penerbangan internasional rata-rata lebih ketat, ketersediaan armada pasca covid-19 yang belum pulih sementara permintaan konsumen cenderung sudah kembali normal.
Meski harga tiket pesawat selama ini diatur oleh pemerintah melalui Kementerian Perhubungan dalam bentuk pengaturan tarif batas atas dan bawah dan beberapa pengaturan lain termasuk persetujuan tarif airport passenger service charge (PSC) di bandara serta biaya-biaya seperti surcharge untuk kenaikan bahan bakar pesawat.
“Terkadang pengaturan tersebut dilepas ke pasar terutama untuk masa-masa seperti libur panjang disaat dimana demand sangat tinggi,” katanya, Rabu (14/8/2024).
Belum lagi ditambah metode pentarifan juga tergantung dari berbagai jenis layanan yang disediakan.
Baca juga: Rencana Penerbangan Langsung Charter Bangkok-Yogya Mulai Oktober 2024
Misalnya untuk layanan penerbangan bersifat full service, seperti yang diselenggarakan oleh Garuda Indonesia atau Batik Air biasanya tari mereka jauh lebih tinggi.
Sedangkan untuk maskapai lain yang bersifat low cost carrier yaitu penerbangan berbiaya rendah seperti Lion Air, Super Air Jet, Wings Air, Citilink, Air Asia dan lainnya biasanya lebih murah.
Melihat kondisi tersebut, Dwi Ardianta menilai diperlukan kebijakan insentif fiskal bisa menjadi solusi untuk mengantisipasi tingginya harga tiket pesawat di Indonesia.
Insentif fiskal terhadap biaya avtur, suku cadang pesawat udara, serta subsidi dari penyedia jasa bandar udara terhadap biaya pelayanan jasa pendaratan, penempatan dan penyimpanan pesawat udara (PJP4U), ground handling throughput fee, subsidi/insentif terhadap biaya operasi langsung, seperti pajak biaya bahan bakar minyak dan pajak biaya suku cadang dalam rangka biaya overhaul atau pemeliharaan.
UGM Jadi Runner Up Genera-Z Berbakti, Implementasikan Keilmuan di Desa Wisata Binaan BCA |
![]() |
---|
UGM Buka Suara tentang Pejabat Kampus yang Jadi Tersangka Korupsi Pengadaan Biji Kakao Fiktif |
![]() |
---|
Pernyataan Tegas Paku Alam X, Pemda DIY Dukung UGM Koordinasikan Program Afirmasi Pendidikan |
![]() |
---|
Apa Kata Dosen Hukum UGM Soal Pemberian Amnesti dan Abolisi Terdakwa Korupsi |
![]() |
---|
Inovasi Mahasiswa KKN PPM UGM, Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia Tak Lagi Menakutkan di Malam Hari |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.