Tour De UMKM

Cerita Warga Bantul Ubah Limbah Kayu Jadi Kerajinan, Pasar Ekspor Tembus Jepang, Spanyol

USAHA yang diberinama Rubycraft. Kalurahan Banguntapan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta

|
TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
Sejumlah karyawan Rubycraft sedang mengolah limbah kayu menjadi produk handicraft di tempat produksi Rubycraft tepat di Jalan Babadan, Kalurahan Banguntapan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Senin (29/7/2024) 

Ahmat (32), warga Kalurahan Banguntapan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, mengubah limbah kayu menjadi produk handicraft berupa peralatan makan, peralatan masak, hingga marble.

karyawan Rubycraft sedang mengolah limbah kayu menjadi produk handicraft di tempat produksi Rubycraft tepat di Jalan Babadan, Kalurahan Banguntapan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul,  DI Yogyakarta
karyawan Rubycraft sedang mengolah limbah kayu menjadi produk handicraft di tempat produksi Rubycraft tepat di Jalan Babadan, Kalurahan Banguntapan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta (Tribunjogja.com/Neti Rukmana)

USAHA yang diberinama Rubycraft, bermula saat Ahmat masih menjadi supervisor di salah satu toko kerajinan bandara sekitar lima tahun yang lalu.

"Saat itu, saya melihat peluang kalau kerajinan dari kayu itu sepertinya menarik," kata Ahmat kepada awak media di tempat usahanya yang berada di Jalan Babadan, Kalurahan Banguntapan, Senin (29/7/2024).

Tidak hanya itu saja, kata Ahmat, kala itu dirinya juga melihat bahwa potensi di sekitarnya ada banyak kayu-kayu ranting yang hanya dimanfaatkan menjadi bahan bakar pabrik tahu.

Dari situ, Ahmat langsung belajar secara otodidak untuk membuat olahan kayu yang ada menjadi produk bernilai jual tinggi.

"Awalnya saya hanya buka di depan rumah gitu. Rumah saya enggak jauh dari tempat produksi ini. Tapi, lama-lama sekitar empat tahun yang lalu, mulai banyak pesanan, jadi pindah dan sewa lokasi yang tidak mengganggu masyarakat," urai dia.

Kala itu, Ahmat mencoba mengolah kayu menjadi wadah tusuk gigi bersama dengan dua rekan yang merupakan tetangganya.

Lalu, proses produksinya hanya menggunakan peralatan atau mesin seadanya.

"Setelah produksi, saya tawarkan ke tempat-tempat yang menjual barang-barang. Tapi tidak ada yang mau. Lalu, saya tawarkan kepada Hamzah Batik, bersyukurnya mereka mau menerima barang dari saya," ucapnya.

Lambat laun, hasil produksi itu semakin berkembang dan kini mampu menembus pasar ekspor ke mancanegara.

Baik itu di Jepang, Malaysia, maupun Spanyol.

Akhir Cerita Duo Residivis Bisnis Pil Pikun Setelah Keluar dari Penjara, Ditangkap Reserse Jogja

Bahkan, 60 persen produknya banyak yang diekspor ke mancanegara dan 40 persennya dijual di seluruh tempat di Indonesia.

"Saat ini, kapasitas produksi per bulan bisa sampai 10 ribu produk. Lalu tenaga kerjanya saya berdayakan dari warga sekitar.

"Jumlahnya sekitar 20-25 orang. Tapi, kalau saat orderan sedang meningkat, saya bisa cari tenaga kerja sampai 35 orang," jelasnya.

Kini, pihaknya pun memafaatkan limbah bahan kayu jati Perhutani Blora maupun Gresik dengan grade A.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved