Elektabilitas Kaesang Tinggi di Jateng, Pengamat Politik UGM: Apakah PDIP Masih Sekuat Dulu?

Mengapa elektabilitas Kaesang tinggi di Jawa Tengah yang disebut-sebut merupakan kandang banteng atau basis pendukung PDI Perjuangan?

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Hari Susmayanti
YouTube Kompas TV
Gerindra Sleman Masih Ingin Erina Gudono Maju Pilkada 2024, Kaesang: Erina Nggak Nyalon 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Elektabilitas anak bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) sekaligus Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia, Kaesang Pangarep menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jawa Tengah 2024 mencapai 7 persen, dari hasil survei Litbang Kompas.

Sedangkan, elektabilitas Kapolda Jateng Ahmad Luthfi berada pada posisi kedua dengan 6,8 persen.

Mengapa elektabilitas Kaesang tinggi di Jawa Tengah yang disebut-sebut merupakan kandang banteng atau basis pendukung PDI Perjuangan?

Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arya Budi mengatakan, mitos Jawa Tengah menjadi kandang banteng perlu didiskusikan ulang.

“Orang menyebut Jawa Tengah sebagai kandang banteng, tapi sebenarnya angka pemilih PDIP di sana berapa? PDIP tidak lebih dari 30-40 persen di Jateng,” kata dia kepada Tribun Jogja, Kamis (18/7/2024) malam.

Arya menyebut, angka tersebut memang tinggi, tapi tidak mayoritas dan hanya unggul dibandingkan partai lain.

“Jadi, jika kita membaca pilpres kemarin, Ganjar Pranowo gubernur dua periode, didukung PDI Perjuangan, basis kuat di Jateng, tapi tetap kalah sama Prabowo di Jateng. Dengan begitu, mitos Jateng kandang banteng perlu didiskusikan ulang,” tuturnya.

Baca juga: Mengapa Elektabilitas Kaesang Tinggi Jelang Pilkada Jateng padahal Tidak Punya Jejak Pejabat Publik?

Dia mempertanyakan apakah PDIP masih sekuat dulu? Hal ini mengingat banyak masyarakat sudah mulai rasional menentukan pilihan pemimpinnya.

Penentuan pilihan pemimpin itu pun tak semata-mata dari partai mana, tapi juga sosok dan rekam jejak tokoh tersebut.

“Pilihan rasional kini sudah jamak di publik dan itu sedikit banyak mereduksi sentimen kepartaian,” terangnya.

Arya mengingat, di tahun 2004, ketika Megawati dikalahkan Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati hanya menang di 3-4 kabupaten di Jawa Tengah.

Ia menyebut, Jawa Tengah bisa disebut kandang banteng, tapi cengkeraman suara tidak cukup kuat dan hanya menempatkan PDIP sebagai partai pemenang dengan angka yang lebih tinggi daripada partai lain.

“Pilkada ini lebih banyak membaca figur, bukan partai. Jadi, PDIP perlu hati-hati, jangan hanya pakai mesin partai saja karena pemilih kita sekarang rasional dengan melihat rekam jejak,” tukasnya. (ard)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved