Alumni UGM Ini Sulap Sampah Plastik Jadi Material Pengganti Kayu, Begini Caranya 


Sampah-sampah plastik itu ternyata bisa dibentuk lagi menjadi pengganti kayu berbentuk balok maupun papan.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
Penampakan sampah plastik yang disulap menjadi pengganti kayu hasil inisiasi Yuris Sarifudin, pendiri PT Daur Ulang Indonesia 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sudah banyak cara untuk mengubah sampah menjadi material yang bisa digunakan kembali.

Alumni Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Yuris Sarifudin, pun berupaya menyulap sampah plastik menjadi material pengganti kayu yang bisa digunakan untuk membangun rumah.

Sampah-sampah plastik itu ternyata bisa dibentuk lagi menjadi pengganti kayu berbentuk balok maupun papan.

“Pengolahan sampah ini dilakukan di Ceper, Klaten. Sampah-sampah yang diolah di sini berasal dari sejumlah wilayah di DI Yogyakarta, seperti Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta,” kata Yuris, Senin (15/7/202).

Yuris merupakan pendiri PT Daur Ulang Indonesia, usaha yang fokus pada daur ulang sampah agar bisa digunakan kembali menjadi barang tepat guna.

Ia menjelaskan, sampah plastik yang tidak laku itu dilelehkan tanpa dipilah lagi dan kemudian dicacah.

Sampah plastik yang tidak laku akan dilelehkan tanpa membutuhkan pemilahan lagi.

Semua sampah plastik itu kemudian dicacah, dilelehkan dan dicetak menjadi balok dan papan pengganti kayu.

“Daur ulang seperti ini sudah berlangsung sejak tahun 2021. Ini bisa digunakan untuk membangun rumah. Beberapa di antaranya sudah untuk membangun rumah di Klaten, Padang, Bali, dan sejumlah lokasi lainnya,” beber dia.

Inovasi ini diinisiasi Yuris Sarifudin berangkat dari keprihatinan tentang menumpuknya sampah tanpa dilakukan daur ulang kembali.

Baca juga: Cerita Johan Rajagukguk Masuk UGM Gratis dan Tanpa Tes, Orang Tua Hanya Lulusan SMP

Lulusan Arsitektur UGM ini memastikan bahwa material pengganti kayu ini mempunyai kekuatan yang telah teruji karena telah dilakukan pengetesan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS).

Yuris juga memastikan bahwa material ini aman untuk kesehatan meski berasal dari sampah.

Hal ini karena pelelehan dilakukan dengan pemanasan dengan suhu tinggi hingga 200 derajat celcius. Kandungan kimianya juga telah diuji oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Masyarakat tidak perlu khawatir dengan penggunaan material ini karena telah dinyatakan aman secara teknis dan kesehatan,” kata Yuris.

Menurut Yuris, pihaknya saat ini bisa melayani 100 persen sampah meski dalam kondisi tercampur.

Ia memastikan, kini sudah ada teknologi saat ini sudah mampu melakukan pengolahan yang tuntas.

Caranya melalui proses yang dimulai dari mekanisasi pemilahan sampah campur berdasarkan beratnya.

Lalu, sampah campur diputar dengan air. Saat  proses ini dilakukan, sampah organik yang basah akan jatuh.

Baca juga: Bagaimana Mahasiswa UGM Menciptakan Batako yang Dibuat dari Sampah Plastik?

Sementara, sampah plastik yang ringan akan terlempar terbang.

“Sampah organik diselesaikan dengan vermicompost. Dengan biokonversi cacing, semua sampah organik bisa dikomposkan dengan tuntas. Sampah tisu, kertas, daun bahkan bambu bisa dikomposkan dengan cara vermicompost ini,” ungkapnya.

Yuris mengatakan metode dengan penggunaan mesin segregasi seperti ini sudah beroperasi di Pasar Giwangan dan Kampus Universitas Gadjah Mada.

Meski demikian, metode ini bukan berarti membuat masyarakat berhenti untuk memilah sampah.

Warga sebaiknya tetap terus melakukan pemilahan karena proses daur ulang akan kian efektif dan efisien.

Dia menyebut, penanganan sampah ini diharapkan memperluas pilihan warga dan otoritas terkait untuk menyelesaikan masalah sampah di DIY.

“Saat ini pilihan warga untuk menyelesaikan sampah terbatas. Namun teknologi telah membuat warga punya lebih punya banyak pilihan,” tambah Yuris.

Lebih lanjut, dalam konteks yang lebih luas pascapenutupan TPA Piyungan, dia berharap solusi ini mampu membantu penyelesaian masalah sampah di DIY, khususnya di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved