Mubeng Kampus Jogja

Bagaimana Mahasiswa UGM Menciptakan Batako yang Dibuat dari Sampah Plastik?

Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berupaya mengolah sampah, khususnya sampah plastik menjadi barang yang kembali berfungsi.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah
Mahasiswa UGM membuat EnviroBlock yang berasal dari sampah plastik, oli bekas dan limbah sekam padi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sampah menjadi isu hangat yang acapkali dibicarakan di Yogyakarta.

Untuk itu, lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berupaya mengolah sampah, khususnya sampah plastik menjadi barang yang kembali berfungsi.

Kelima mahasiswa itu adalah Mohammad Ridwan dari Program Studi (Prodi) Teknik Sipil dan Lingkungan, Yohanes Mario Putra Bagus dari Prodi Teknik Fisika, Shafa Zahra Aulia dari Prodi Kimia, Ratri Dwiyanti dari Prodi Akuntansi dan Rakha Faiq Muyassar dari Prodi Teknik Industri.

Mereka tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan menyulap sampah plastik menjadi batako yang diberi nama EnviroBlock.

Bagaimana cara pembuatan EnviroBlock?

Mario menjelaskan, batako EnviroBlock dibuat dari sampah plastik, limbah sekam padi dan oli bekas.

“Tahap pertama, plastik itu dicacah dulu dengan menggunakan mesin pencacah plastik,” katanya ditemui di kampus UGM. Plastik yang sudah dicacah kecil-kecil itu kemudian dibuat adonan mortir dengan semen, sekam padi dan oli bekas.

Adonan mortir itu dimasukkan ke dalam cetakan dan dipadatkan dengan menggunakan alat press. Setelah mortir padat, mereka melepaskan cetakan dan dilakukan pengeringan selama delapan hari hingga adonan selesai.

Tahap terakhir dalam proses produksi yakni dilakukannya quality control serta pengemasan produk.

Baca juga: Riset Ring Jantung UGM Masuk Tahap Uji Klinis Tahun 2025

Mario mengungkap, komposisi perbandingan antara semen dan pasir adalah satu banding enam.

Kemudian limbah plastik yang digunakan sebesar 25 persen dari volume pasir, sekam padi 10 persen dan oli bekas sebesar 1-3 persen.

"Persentasenya ini kami sudah melewati beberapa tahap riset, pembacaan dan uji coba," tegasnya.

Limbah plastik yang digunakan dalam pembuatan batako berasal dari TPS Grafika yang ada di Fakultas Teknik UGM.

Sementara, oli-oli bekas diperoleh Mario dan rekan-rekannya di bengkel kendaraan bermotor di sekitar kampus. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved