Berita Jogja Hari Ini

Tepat 212 Tahun Geger Sepehi, Sri Sultan HB II Resmi Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Sri Sultan Hamengku Buwono II secara resmi diusulkan untuk mendapat status sebagai Pahlawan Nasional, Kamis (20/6/2024).

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
istimewa
Penyerahan dokumen pengusulan status pahlawan nasional untuk Sri Sultan HB II, Kamis (20/6/2024) lalu. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sri Sultan Hamengku Buwono II secara resmi diusulkan untuk mendapat status sebagai Pahlawan Nasional, Kamis (20/6/2024).

Pengusulan tersebut dilakukan tepat pada peringatan 212 tahun peristiwa geger sepehi oleh keluarga atau trah Sri Sultan HB II bersama masyarakat Desa Pagerejo, Kertek, Wonosobo, yang merupakan tanah kelahirannya.

Kegiatan pun diawali dengan kirab budaya dari halaman Balai Desa Pagerejo berlanjut ke halaman Gedung Adipura Kencana, menuju kantor Dinsos PMD Kabupaten Wonosobo, untuk menyerahkan dokumen  pengajuan pahlawan nasional.

Baca juga: Peringatan Dini Kekeringan dI DI Yogyakarta: Ancaman Serius Sektor Pertanian, Air Bersih, dan Lahan

Dokumen yang diserahkan secara resmi tersebut, berupa sebuah buku berjudul "Sultan Hamengku Buwono II Pahlawan Lentera Nusantara". 

Buku 87 halaman itu ditulis melalui proses riset oleh tim peneliti yang beranggotakan perwakilan trah Sri Sultan HB II dan beberapa tokoh lokal yang telah berkontribusi sebelum adanya inisiatif pengusulan. 

Dokumen pendaftaran pengusulan pahlawan nasional  diserahkan Kepala Desa Pagerejo Akhmad Nurwadi, kepada Sekretaris Dinsos PMD Kabupaten.

Ketua tim penyusun buku Dr. Ananta Hari Noorsasetya, sekaligus keluarga trah Sri Sultan HB II, menjelaskan, bahwa pengusulan Sri Sultan HB II sebagai pahlawan nasional telah diupayakan sejak 2016.

Menurutnya, banyak jasa Sultan HB II dalam membela bangsa Indonesia dulunya, sehingga patut menjadi tokoh inspirasi bagi publik.

Selain itu, segudang peninggalannya masih dilestarikan, berupa bangunan dan seni arsitektur dengan corak khas yang masih banyak digunakan di Yogyakarta.

"Masa-masa heroisme Sri Sultan HB II itu jadi inspirasi bangsa Indonesia. Betapa hebatnya beliau di zamannya, dalam memerangi penjajahan di negeri ini," jelas Ananta.

Kepala Desa Pagerejo, Akhmad Nurwadi, menambahkan, kebudayaan yang berhubungan dengan Sri Sultan HB II masih melekat dengan masyarakat di desanya. 

Salah satu tradisi itu adalah Tenongan, yang masih rutin digelar masyarakat setiap 70 hari sekali pada hari Jumat Kliwon dan diikuti ratusan warga di makam Sikramat. 

Dalam tradisi tersebut, masyarakat memaknai sebagai wujud perayaan kemenangan Raden Mas Sundoro melawan penjajah pada masanya. 

Ada juga situs alam, yakni tuk Surodilogo yang ada di atas desa di lereng Sindoro, yang juga memiliki kisah yang melekat dengan kisah Raden Mas Sundoro atau Sri Sultan HB II, berupa tempat menyepi dan pemandian dari mata air.  

"Di desa ini banyak peninggalan dari beliau tentang kebudayaan. Budaya itu di Pagerejo masih bertahan dan dilestarikan seperti kesenian berupa tarian hingga upacara atau ritus yang masih dilaksanakan tiap 70 hari sekali," ucapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved