Berita Jogja Hari Ini
Daya Beli Wisatawan Turun, Pilih Homestay Ketimbang Hotel di Jogja
Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) DIY menyebut wisatawan memilih homestay untuk menginap ketimbang hotel.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) DIY menyebut wisatawan memilih homestay untuk menginap ketimbang hotel.
Plh Asita DIY, Edwin Ismedi Himna mengatakan daya beli masyarakat saat ini menurun sehingga homestay menjadi jujukan wisatawan, karena cenderung lebih murah dibandingkan dengan hotel bintang.
“Daya beli masyarakat turun, kemampuan beli ini menjadikan hotel berbintang tidak lagi menjadi jujukan. Yang penting dapat hotel murah, homestay yang bisa berkumpul dengan keluarga,” katanya, Selasa (16/04/2024).
Baca juga: Pelaksanaan Mudik dan Balik Lebaran 2024 di Jateng Berjalan Lancar,Ini Kata PJ Gubernur Nana Sudjana
Selain karena lebih murah, homestay dipilih karena bisa menampung lebih banyak orang.
“Kalau homestay kan bisa dapat banyak kamar, bisa kumpul bahkan mungkin bisa 12 orang. Cari satu rumah, yang penting bisa kumpul keluarga, dari pada harus buka 3-4 kamar di hotel. Itu yang digandrungi wisatawan,” terangnya.
Terpisah, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono mengungkapkan tren wisatawan lebih memilih homestay dari pada hotel sudah terjadi sejak tahun lalu.
Menurut dia, homestay hingga desa wisata bisa menjadi alternatif bagi wisatawan.
“Memilih homestay yang bisa dihuni satu keluarga itu jadi alternatif, sah-sah saja,” ungkapnya.
Hanya saja, homestay dadakan maupun yang bukan anggota PHRI DIY harus menjadi perhatian pemerintah.
Jika dibiarkan, tidak menutup kemungkinan adanya kebocoran pendapatan asli daerah (PAD).
“Supaya PAD kita meningkat. Jangan hanya anggota PHRI yang dioyak-oyak (dikejar-kejar) untuk pajak. Tetapi ini kebocoran Pemda, kalau nggak jadi perhatian serius. Izin, pajak harus diperhatikan. Karena hospitality ini penting, jangan sampai mencoreng citra pariwisata DIY,” sambungnya.
Deddy menambahkan okupansi hotel di DIY pada libur lebaran 2024 ini justru menurun.
Jika dirata-rata, okupansi hotel di DIY hanya menyentuh 80 persen saja. Padahal sebelumnya PHRI DIY menargetkan okupansi selama libur lebaran bisa mencapai 90 persen.
“Sebelumnya kan dihitung, 85 persen sekian, ternyata melorot 80 persen. Turun dibanding tahun lalu. Lebaran tahun lalu (2023) 90 persen, libur Nataru (2023/2024) mencapai 95 persen. Turun (okupansi), salah satunya (wisatawan memilih homestay), daya beli masyrakat juga turun,” imbuhnya.
| Cara Lapor Jika Terjadi Kekerasan Anak dan Perempuan di Yogyakarta, Gratis Bebas Pulsa |
|
|---|
| Kronologi Kasus Dugaan Monopoli BBM oleh Oknum Polairud di Pantai Sadeng Gunungkidul |
|
|---|
| Mengenal Class Action, Cara Menuntut Pemerintah karena Kasus Keracunan MBG |
|
|---|
| Komentar Sri Sultan HB X soal Keracunan MBG di Jogja dan Sanksi untuk SPPG Menurut Undang-Undang |
|
|---|
| Kronologi Wisatawan asal Jakarta Hilang di Pantai Siung, Jenazah Ditemukan di Pantai Krakal |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.