Berita Kesehatan

TIPS Pahami Gejala DBD pada Anak, Jangan Sepelekan Anak Rewel

Memahami gejalanya dengan tepat dapat membantu orangtua bertindak cepat dan tepat agar virus itu tidak terus menjangkiti si kecil.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Shutterstock
Ilustrasi DBD 

Orang tua perlu mencurigai anak terjangkit DBD ketika anak mengalami demam tinggi yang tak kunjung turun.

“Pada anak yang symptomatic atau menunjukkan gejala, kita harus mencurigai virus dengue terutama ketika terdapat demam tinggi yang mendadak dan sifatnya kontinu atau terus-menerus. Ketika mereka diberikan obat penurun panas, biasanya panas tidak akan turun di bawah 38 derajat celcius. Gejala lainnya yaitu disertai tanda-tanda mual, muntah, badan yang lemas, bintik-bintik perdarahan di kulit, serta anak yang tidak terlihat ceria,” ucap Eggi. 

3. Orang dewasa harus sadar dengan perbedaan respons dari gejala yang timbul

Menurut Eggi, orang dewasa juga harus sadar perbedaan respons dari gejala yang timbul pada dirinya dan anak-anak.

Ketika orang dewasa dapat mengeluhkan nyeri sendi dan otot, anak-anak tidak karena mereka belum memiliki kemampuan untuk dapat mengkomunikasikan sakit yang dirasakan.

Sifat seperti lebih rewel, tidak nafsu makan dan minum, dan muntah dapat menjadi pertanda bahwa mereka sedang tidak baik-baik saja sehingga harus segera dibawa ke puskesmas terdekat.

“Pada spektrum infeksi dengue yang lebih berat, disaat jumlah trombositnya sudah rendah, anak dapat mengalami mimisan atau gusi yang berdarah ketika sikat gigi,” tambahnya.

4. Ada tiga fase umum infeksi dengue

Eggi menyebutkan pula bahwa secara umum, infeksi dengue terbagi menjadi 3 fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan.

Pada akhir fase demam, atau saat memasuki fase kritis, ada beberapa tanda peringatan yang harus diwaspadai, yaitu misal ada nyeri perut, mual dan muntah-muntah, anak lemas, atau tanda perdarahan.

Bila ada tanda bahaya ini, anak harus segera dibawa ke dokter.

“Pasien dengue yang dinyatakan oleh petugas kesehatan memiliki kondisi yang masih baik tidak perlu rawat inap, namun dengan syarat untuk tetap membawa anaknya ke rumah sakit atau puskesmas setiap hari (selama fase kritis) untuk menjalani pemeriksaan oleh dokter dan dilakukan pemeriksaan darah. Nanti setiap hari akan dilakukan pemantauan kadar hematokrit dan trombosit, hingga fase kritis terlewati,” paparnya.

5. Ada edukasi penting

Bagi orang tua yang melakukan pengobatan di rumah, terdapat edukasi yang penting untuk diketahui menurut Eggi.

Pertama, memberikan obat penurun panas yang paling aman yaitu paracetamol. Hindari obat-obatan golongan lain seperti nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) karena dapat mempengaruhi fungsi trombosit sehingga akan meningkatkan kecenderungan pendarahan yang hebat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved