Cegah Penularan Antraks, Pemkab Bantul Perketat Pengawasan Hewan Ternak dari Luar Daerah
Pemkab Bantul perketat pengawasan hewan ternak dari luar daerah paska munculnya kasus antraks di Gunungkidul
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi penyebaran antraks.
Mengingat baru-baru ini, ada temuan kasus antraks di wilayah kabupaten tetangga.
Kepala DKPP Bantul, Joko Waluyo, mengatakan, antisipasi tersebut dilakukan dengan sejumlah cara, satu di antaranya berupa pengawasan atau pengetatan penjualan keluar dan masuk hewan ternak.
"Pengawasan atau pengetatan itu utamanya dilakukan terhadap ternak ruminansia. Baik sapi, kambing, maupun domba," ucapnya saat dihubungi, Rabu (13/3/2024).
Nantinya, jika masyarakat Kabupaten Bantul membeli hewan ternak dari luar wilayah Kabupaten Bantul, setidaknya harus dilakukan isolasi terlebih dahulu sebelum kemudian dipelihara atau dipotong untuk pemenuhan kebutuhan.
"Jadi, kita periksa juga hewan ternak itu mengalami sakit atau tidak, sehingga harapan kami jangan sampai Kabupaten Bantul itu terdapat hewan dari luar dengan kondisi tidak sehat atau kena antraks," jelas Joko.
Tidak hanya itu saja, pihaknya juga melakukan pengawasan di tempat-tempat pemotongan atau jagal ternak serta pengawasan di pasar-pasar hewan.
Baca juga: Periksa 53 SampleĀ Warga, Dinkes Gunungkidul: 17 Sample Suspek AntraksĀ
Pihaknya pun telah melakukan sosialisasi dan memberikan imbauan kepada masyarakat. Di mana, apabila ditemukan hewan ternak dalam kondisi sakit setidaknya segera melaporkan hal tersebut ke DKPP Bantul.
Di sisi lain, Joko menyebut, Kabupaten Bantul memiliki kebutuhan yang cukup tinggi terkait hewan ternak ruminansia.
"Kabupaten Bantul itu penyuplai kebutuhan daging di DIY dan pemotongan hewan ternak di Kabupaten Bantul itu cukup besar. Itu semua bukan karena populasi, tetapi karena banyak pelaku usaha-usaha di sektor peternakan berada di Kabupaten Bantul," terangnya.
"Kita ada jagal sapi lebih dari 30. Lalu, pemotongan kambing dan domba untuk kuliner sate sekitar 700-800, sehingga banyak ternak yang masuk di Kabupaten Bantul untuk memenuhi kebutuhan pemotongan hewan," imbuh dia.
Namun untuk memenuhi kebutuhan itu semua, biasanya masyarakat Kabupaten Bantul harus membeli hewan ternak dari luar Kabupaten Bantul.
Di mana, biasanya suplai tersebut di dapatkan dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, hingga luar Pulau Jawa.
Jumlah hewan yang dibeli pun tidak tanggung-tanggung. Di mana mencapai sekitar 90 persen dari kebutuhan ternak di Bumi Projotamansari.
Kendati begitu, sejauh ini, kata Joko, di Kabupaten Bantul nihil atau belum ditemukan kasus antraks.
"Iya, alhamdulillah dan jangan sampai di Kabupaten Bantul ada wabah antraks," tandas Joko.(nei)
Hewan Ternak Mati karena Penyakit Menular, 14 Peternak di Gunungkidul Mendapat Kompensasi |
![]() |
---|
DPP Kulon Progo Terjunkan Tim Selidiki Serangan Hewan Liar pada Ternak di Nanggulan |
![]() |
---|
Sejumlah Hewan Ternak Warga Nanggulan Mati Diduga Akibat Serangan Hewan Liar |
![]() |
---|
Bagaimana Potensi RI Bisa Bebas Penyakit Mulut dan Kuku? Perlu Penguatan Vaksinasi dan Menyeluruh |
![]() |
---|
Penuhi Permintaan Pasar, DKPP Bantul Akan Gencarkan Inseminasi Buatan Terhadap Hewan Ternak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.