Pemilu 2024

Pesan dari Sri Sultan HB X untuk Warga DI Yogyakarta Jelang Pemilu 2024

Menurut Sri Sultan HB X, Pemilu bukanlah ajang saling menghancurkan atau mengalahkan.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Senin (12/2/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menyerukan pesan damai bagi seluruh warga Yogyakarta menjelang pesta demokrasi, Pemilu 2024.

Sebab menurut Sri Sultan HB X, Pemilu bukanlah ajang saling menghancurkan atau mengalahkan.

"Ya kalau saya berharap, masyarakat Yogya seperti yang saya sampaikan dengan lurah dan sebagainya. Bagaimana kita dalam Pemilu ini dengan rasa damai, karena bukan sekadar pemilihan politik tapi juga menjadi perilaku budaya bagi warga masyarakat yang menggunakan hak pilihnya untuk demokratisasi. Sehingga, Pemilu itu demokratisasi, bagian dari perilaku budaya masyarakat kan mestinya begitu. Bukan untuk saling menghancurkan atau saling mengalahkan, kan bukan itu," kata Sultan, Senin (12/2/2024).

Sebagaimana diketahui, pada Sabtu (28/10/2023) lalu, Sri Sultan HB X menyampaikan Sapa Aruh di hadapan ribuan lurah dan pamong kalurahan se DIY dalam acara Jogja Nyawiji ing Pesta Demokrasi Monumen Jogja Kembali (Monjali).

Dalam sapa aruh tersebut, Sri Sultan HB X meminta supaya lurah dan pamong bisa menjadi kekuatan moral untuk meredam konflik emosional dan memberdayakan Jagawarga untuk menjaga pesta demokrasi dengan mengedepankan nurani, nalar, dan akal sehat.

"Semua hanya bisa terlaksana apabila lurah dan pamong mengedepankan sikap netral, mengedepankan kondusifitas, dan kohesi sosial," kata Sri Sultan Hamengku Buwono X, Sabtu (28/10/2023).

Dengan begitu, harapannya rakyat tak lagi terkotak-kotak hanya karena beda calon dan aspirasi. Apalagi sampai saling hujat dan bermusuhan karena berbeda kubu dan partai.

"Masyarakat menginginkan kemajuan dan kemartabatan bangsa, bukan menjadikan pemilu sekadar ajang perebutan kekuasaan semata," ujarnya.

Pemilu serentak yang akan dilaksanakan tahun depan mestinya tidak hanya menjadi ajang olah-politik, tapi juga olah-budaya untuk meningkatkan budaya-demokrasi agar tumbuh subur dan kuat mengakar menjadi budaya-rakyat.

"Mewujudkan pemilihan serentak yang berbudaya, adalah dengan mengendalikan konflik sosial, agar terhindar dari intrik dan intimidasi, provokasi, pelecehan, ujaran kebencian, berita bohong, politik SARA dan politik uang, atau pun pencemaran nama baik," lanjutnya.

Sultan juga menyoroti gejolak-gejolak yang biasa terjadi setiap gelaran pemilu, seperti maraknya 'perang' baliho, pamflet, spanduk, konvoi, atau pidato politik yang saling serang satu sama lain. Dunia maya juga turut menjadi kubangan pergunjingan sosial dan menjadi senjata dalam pertarungan politik.

"Kondisi itulah yang dikhawatirkan akan mempertajam polarisasi masyarakat," ujarnya.

Situasi inilah yang harus diwaspadai oleh para lurah dan pamong di seluruh DIY.

"Perlu ada pemahaman bersama, bahwa beda pandangan politik sah-sah saja, namun kedewasaan berpikir mutlak diperlukan," ujar Sri Sultan Hamengku Buwono X. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved