Berita Purworejo

Kenalkan Durian Khas Hulosobo, Pemdes Setempat Ajukan Sertifikat untuk Durian Milik Mbah Basar

Pemdes mengajukan pengsertifikatan (pelabelan) durian dari Desa Hulosobo kepada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Jawa Tengah.

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Dewi Rukmini
Kepala Desa Hulosobo, Bangun Tri Utomo, sedang menikmati durian Basarvit milik Mbah Basar yang sedang proses pendaftaran sertifikat ke BPTP Jawa Tengah, Jumat (15/12/2023). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, PURWOREJO - Kecamatan Kaligesing dapat dikatakan sebagai surganya durian di Kabupaten Purworejo , Jawa Tengah.

Sebab, banyak desa di Kecamatan Kaligesing yang menjadi penghasil durian lokal ketika musim buah berbau menyengat itu datang, salah satunya adalah Desa Hulosobo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo , Jawa Tengah.

Kepala Desa Hulosobo , Bangun Tri Utomo, mengatakan ketika musim durian datang, warga desanya dapat memanen ribuan buah durian setiap hari.

Durian lokal dari Desa Hulosobo itu memiliki kualitas bagus, sehingga tak heran menjadi jujukan pedagang durian dadakan (musiman) di sepanjang Jalan Raya Kaligesing. 

"Jadi hampir sebagian pedagang di jalan-jalan menuju Kaligesing itu ambil duriannya dari Desa Hulosobo. Bukan hanya dari Purworejo, tapi pedagang dari Jogja, Magelang, Wonosobo, dan Tegal juga ambil (kulakan) durian di sini," ungkap Bangun kepada Tribunjogja.com , Jumat (15/12/2023). 

Kendati banyak pedagang yang mengambil durian dari Desa Hulosobo .

Namun, selama ini nama durian yang lebih terkenal adalah durian dari Desa Somongari dan Desa Kaligono. 

Oleh karena itu, Pemerintah Desa Hulosobo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, berinisiatif mengajukan pengsertifikatan (pelabelan) durian dari Desa Hulosobo kepada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Jawa Tengah.
 
Varietas durian yang sedang didaftarkan itu adalah durian milik Mbah Basar (78), warga Dusun Ngentak RT 1 RW 1, Desa Hulosobo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. 

"Pendaftaran sertifikat itu adalah cara untuk mengangkat nama durian lokal dari Desa Hulosobo. Harapan saya, nanti durian punya Mbah Basar bisa berkembang dan akan kami jadikan indukan untuk semua durian lokal dari Desa Hulosobo," paparnya. 

Bangun menuturkan, varietas durian lokal milik Mbah Basar yang sedang proses sertifikat itu akan diberi nama Durian Basarvit. Ia menjelaskan, proses sertifikat kini sudah memasuki pemantauan dan pengecekan buah durian hasil panen. 

"Pengajuan sertifikat sudah satu tahun lalu. Prosesnya kan memang cukup lama, dari BPTP Jawa Tengah sudah melihat bunga, daun, dan lingkungan dari pohon durian Mbah Basar. Sekarang sudah dilihat dari buahnya, mungkin sebentar lagi jadi," katanya. 

Bangun menjabarkan alasan memilih durian Mbah Basar sebagai ikon Desa Hulosobo sehingga disertifikatkan. Karena, ia menilai, durian Mbah Basar memiliki kualitas di tengah-tengah antara durian Bawor dan Petruk. 

Durian Mbah Basar memiliki kulit berwarna hijau, tebal, dan awet tidak mudah pecah.

Daging buahnya tebal, berwarna kuning, dan memiliki tekstur kering di luar tapi lembut di dalam. Dari segi rasa, durian Mbah Basar memiliki rasa legit, manis, dan sedikit pahit. 

"Durian di Desa Hulosobo itu banyak variannya, ada yang manis pahit dan manis yang semuanya enak-enak. Namun, saya memilih mensertifikatkan durian Mbah Basar karena memiliki rasa dan kualitas di tengah Bawor dan Petruk," sebutnya.

Selain durian Mbah Basar, pihaknya juga sedang mengajukan sertifikat untuk durian milik Pak Timbul yang memiliki enam juring (ruang), ketika biasanya juring durian berjumlah lima. 

Terpisah, Mbah Basar mengatakan bahwa durian yang sedang didaftarkan sertifikatnya berasal dari satu pohon di kebun dia.

Ia mengaku memiliki puluhan pohon durian, tetapi yang menghasilkan durian Basarvit hanya ada satu pohon.

"Pohonnya itu warisan turun-temurun dari tiyang sepuh (orang tua). Umurnya mungkin ada 100 tahun dengan ukuran lingkar pohon sekitar 3 meter, perlu dua orang lebih untuk memeluk pohonnya," ucap Mbah Basar.

Dia mengaku tidak memberi nama khusus untuk varietas durian tersebut.

Tetapi, ia tidak keberatan jika pihak desa memakai nama Basarvit untuk memberi label durian tersebut. 

Mbah Basar melanjutkan, saat musim panen ia bisa memperoleh sekitar 50 buah per hari dari pohon durian ratusan tahun itu.

Untuk penjualan, biasanya sudah ada orang yang langsung datang ke rumah Mbah Basar untuk membeli durian hasil panen.

"Bahkan buahnya belum jatuh sudah ada yang pesen. Karena daging buahnya lebih tebal dan rasa manis pahit. Kalau dulu saya jual Rp50 ribu per buah. Tapi sekarang karena ada efek kemarau panjang (buahnya lebih kecil), saya jual Rp30-40 ribu per buah," tandasnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved