Human Interest Story

Mengenal Bengkel Sahabat Difabel, Inisiatif FPDB Bantu Sesama

Dalam sebulan, bengkel bisa menerima empat sampai tujuh kali pemesanan untuk memperbaiki maupun membuat alat bantu disabilitas.

Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Neti Rukmana
Seorang Teknisi Bengkel Sahabat Difabel yang dikelola oleh Forum Peduli Difabel Bantul sedang membuat sespan di tempat usahanya, Minggu (19/11/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Keterbatasan fisik tidak mematahkan semangat seorang laki-laki penyandang disabilitas asal Kabupaten Bantul , DI Yogyakarta, untuk berkarya dan mencari rezeki.

Laki-laki tersebut tak lain bernama Basuki dan berprofesi sebagai teknisi Bengkel Sahabat Difabel yang dikelola oleh Forum Peduli Difabel Bantul (FPDB) di Jalan Parangtritis, Paduluhan Ngaglik, Kalurahan Patalan, Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul.

Laki-laki berusia 48 tahun itu mengatakan bahwa dirinya sudah tiga tahun menjalani profesi tersebut untuk membantu memperbaiki dan membuat sespan atau bak tambahan di sisi kanan atau kiri sepeda motor bersama teman-temannya.

"Kadang juga ada yang minta tolong untuk memperbaiki kursi roda, tongkat dan alat bantu jalan ke tempat kami," ucapnya kepada awak media, di tempat usahanya, Minggu (19/11/2023).

Semua itu, ia kerjakan bersama dua rekannya yang juga memiliki terbatasnya fisik pada setiap harinya dari pagi hingga sore hari.

Dalam sebulan, pihaknya bisa menerima empat sampai tujuh kali pemesanan untuk memperbaiki maupun membuat alat bantu disabilitas dalam aktivitas sehari-hari.

"Pesananan, biasanya paling banyak dalam pembuatan sespan motor. Tapi itu butuh waktu yang cukup lama, bisa tiga sampai empat minggu untuk membuat sespan motor," terang Basuki.

Baca juga: Pekan Budaya Difabel Ke-5 Bakal Kembali Digelar, Gandeng Kelompok Seni Inklusi dan Komunitas Difabel

Awal Mula FPDB Berdiri

Basuki mengatakan bahwa bengkel FPDB itu berdiri dikarenakan banyaknya teman-teman difabel yang mengalami kebingungan dikarenakan alat bantu atau kursi rodanya mengalami kerusakan.

"Terus, ada teman-teman kami yang berinisiatif untuk membantu memperbaikinya. Tapi lama-lama kok banyak dan ada yang insiatif untuk minta tolong bikinkan sespan," jelas dia.

"Nah dari situ, kemudian teman-teman ada inisiatif untuk mendirikan FPDB sekitar tahun 2015-an dan alhamdulillah ramai terus. Sampai saat masih ada pelanggan," imbuh dia.

Disampaikannya, saat awal berdiri FPDB hanya ada empat orang teman-teman disabilitas .

Tapi, dengan seiring berjalannya waktu, empat orang tersebut sudah lagi terlibat di FPDB

"Lalu, pada 2020, FPDB saya teruskan bersama rekan-rekan yang lain. Tapi, empat orang itu kadang-kadang masih mampir untuk main saja," ucap Basuki.

"Nah, sekarang ada tiga personil yang lain yang menjalankan FPDB dan membantu memperbaiki kebutuhan teman-teman difabel. Termasuk saya," imbuh dia.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved