Rektor ISI Timbul Raharjo Tutup Usia

Cerita Mendiang Timbul Raharjo, Seniman Kondang yang Ngefans Nella Kharisma dan Tinju Dunia

Cerita mendiang Timbul Raharjo, ternyata ngefans Nella Kharisma dan pertandingan tinju dunia. Cerita ini ditulis Timbul dalam katalog pamerannya.

DOK. Katalog Pameran Me, Myself, and I #2
Cerita Mendiang Timbul Raharjo, Seniman Kondang yang Ngefans Nella Kharisma dan Tinju Dunia. FOTO: Timbul Raharjo saat bersepeda, masih dalam masa pemulihan dari penyakit stroke yang diderita pada 2019 

TRIBUNJOGJA.COM - Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Prof. Dr. Drs. Timbul Raharjo, M. Hum., tutup usia pada Selasa (5/9/2023) dan telah dimakamkan pada hari Rabu (6/9/2023) di Bangunjiwo, Kasihan, Bantul.

Semasa hidupnya, Timbul Raharjo telah menciptakan berbagai karya fenomenal yang diakui dunia.

Bapak dua anak itu telah menciptakan karya seni patung, lukisan, berbagai furnitur, sampai candi.

Klik DI SINI untuk melihat foto-foto karya Timbul Raharjo.

Baca juga: FOTO-FOTO Karya Timbul Raharjo Rektor ISI Yogyakarta, Ada Karya Patung Candi dan Lukisan

Terlepas dari statusnya sebagai Rektor ISI Jogja dan seniman populer di Indonesia, ternyata sosok Timbul Raharjo juga memiliki idola.

Dalam buku katalog pameran tunggalnya berjudul “Me, Myself, & I #2” yang diterbitkan Badan Penerbitan Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada 2019, Timbul menceritakan sosok idolanya.

Seniman asal Kasongan yang lahir pada 8 November 1969 itu ternyata mengidolakan penyanyi dangdut Nella Kharisma dan olahraga tinju.

Lagu-lagu yang dinyanyikan Nella Kharisma dan acara olahraga tinju dunia, menemani Timbul Raharjo selama masa pemulihan dari penyakit stroke yang dideritanya tahun 2019.

Berikut cerita dari mendiang Timbul Raharjo tentang ngefans Nella Kharisma dan Tinju Dunia, seperti dikutip Tribunjogja.com dari buku katalog pameran tunggal “Me, Myself, & I #2” via digilib.isi.ac.id.

Masa pemulihan usai terserang stroke tahun 2019

Timbul Raharjo saat bersepeda, masih dalam masa pemulihan dari penyakit stroke yang diderita pada 2019
Timbul Raharjo saat bersepeda, masih dalam masa pemulihan dari penyakit stroke yang diderita pada 2019 (DOK. Katalog Pameran Me, Myself, and I #2)

Masa pemulihan (stroke) harus dilalui dengan tertib, fisioterapi, olahraga rutin dan tidak boleh banyak mikir.

Belum lagi banyak sahabat menyarankan berbagai herbal beraneka macam yang menurutnya terbaik, ada yang menyarankan disengatkan lebah, ada yang suruh minum daun karet kebo, ada yang dipijatkan di Kulon Progo, ada yang menyarankan dibawa ke dukun, ada yang ingin merukyah, dan lainnya.

Demikian pula informasi tukang pijat dan terapi tradisional. 

Semua ku tanggapi dengan baik dan gembira. Mencoba menyaring yang terbaik dan memungkinkan bisa saya lakukan. 

Saya percaya obat dokter dan fisioterapi, saya berpikir lebih baik medis dulu yang sudah terbukti, baru yang sifatnya herbal.

Ternyata salah satu obat yang terbaik adalah hati dan pikiran yang senang, tenang, dan rileks. 

Dilarang kemrungsung dalam bekerja, dilarang berpikir berat, dilarang melamun, dilarang stres, dan lain sebagainya.

Akhirnya, saya banyak menganggur, banyak tidur, makan, sesekali olah raga bersepeda, latihan berjalan, dan hanya memikirkan pameran ini saja (Pameran tunggal Me, Myself, & I #2). 

Karena pameran ini sudah saya persiapkan selama dua tahun.

Rasa senang dan aktivitas saya, ditemani artis YouTube Nella Kharisma dan pertunjukan tinju dunia, sungguh terasa nyaman.

Bersepeda sambil mendengarkan Nella Kharisma

Nella Kharisma
Nella Kharisma (instagram @nellakharisma)

Saya juga bersepeda untuk melatih otot kaki yang sarafnya terputus, sehingga harus dilakukan latihan-latihan. 

Awalnya, mencoba bersepeda keliling halaman, kemudian keliling kampung yang saya rasa sungguh berat.

Berat ketika memulai dan ketika berhenti, sebab ketika memulai kaki harus dipedal dulu, jadi ada seseorang yang mendorong terlebih dahulu, dan ketika berhenti harus ada orang yang mengejar untuk berhenti dan pelan-pelan saya turun.

Hasil dari latihan setiap hari, saya bisa bersepeda sejauh lima kilometer (km) bahkan sampai 32 km yang saya tempuh dua jam yakni bersepeda dari rumah Kasongan sampai pantai Samas, lebih tepatnya pantai Gua Cemara. 

Ketika bersepeda, saya ditemani istri saya dan sang penghibur di perjalanan yakni Nella Kharisma, biduanita bersuara indah dan berparas lumayan, bukan parasnya tapi luwesnya.

la selalu saya setel dari YouTube melalui headset saya sumpalkan di kuping saya, dan dia siap menyanyikan lagu untuk saya, "Sayang Dua", "Suket Teki", "Ditinggal Rabi", "Jaran Goyang", sampai "Teman Tapi Mesra", dan lainnya. 

Saya dengar semua memberi semangat menggenjot sepeda.

Membayangkan Nella yang luwes berlenggak-lenggok dengan kepakan kendang Cak Malik yang rancak dan indah, serta gaya joget Cak Rul yang mbanci, sungguh suara musik yang sangat alami, ndeso dan khas Indonesia. 

Pokoknya, Nella itu nggemesi dan suara kendangnya membuat kayuhan sepedaku tak terasa lelah, pokoknya sesuatulah.

Sebut istri lebih cantik dari Nella Kharisma

Saat ada kabar Nella Kharisma pentas di Jogja City Mall (JCM) ku sempatkan nonton sang idola. 

Dengan susah payah saya coba berjalan dari Hotel Rich sampai mall dan telah penuh sesak.

Saya sebaiknya ikut rombongan Gus Miftah, seorang kiai unik yang sedang tren karena Gus Miftah tidak jadi datang, saya memakai sarung sebagai perwakilan dari pondok sehingga oleh panitia diberi tempat VIP.

Agar bisa masuk, ketika jalan saya buat lebih gontai dan orang-orang melihat saya bersarung, tampak sedang sakit.

Mereka dengan sigap mencari jalan memberikan jalan masuk dan memberi kursi yang terbaik.

Duduk di deretan paling depan, saya bisa melihat kecantikan dan suara Nella secara langsung, "Kalau parasnya sih masih oke istriku," gumamku. 

Cak Malik, sang pengendang wajahnya yang pas-pasan, konon suaminya Nella yang cantik itu. 

Gumam teman saya, para artis ndangdut sebelum tenar sering belajar dengan para pemusiknya, dan katanya, dulu sebelum tenar tidak secantik itu. Badannya tidak seputih itu. 

Rasanya bertolak belakang kecantikan Nella dengan wajah Cak Malik yang menurut saya pas-pasan.

Baca juga: Pembantu Rektor I ISI Yogyakarta Sampaikan Karya Seni Terbaik Timbul Raharjo Semasa Hidup

Baca juga: Isak Tangis Menyelimuti Susana Pesemayaman dan Pemakaman Prof Timbul Raharjo

Gemar nonton pertandingan tinju

Timbul Raharjo Rektor ISI Yogyakarta
Timbul Raharjo Rektor ISI Yogyakarta (DOK. Instagram Timbul Raharjo)

Saya juga memutar berulang kali Vasyl Lomachenko petinju Ukraina kelas bulu super WBO dengan teknik bertinju yang sempurna mampu mempertahankan gelar kelas ringan 61,2 kg berulang kali. 

Petinju ini idealnya ditantang Daud "China" Yordan dari Indonesia, namun Yordan kalah angka dengan petinju Inggris Anthony Crolla.

Demikian pula kecepatan Manny Pacquiao, petinju asal Filipina, banyak mengalahkan petinju-petinju Amerika Latin. 

Sempat kalah melawan Erik Morales dari Meksiko, knock down pada laga pertama, namun tanding ulang dua kali Pacquiao memenangkan pertandingan itu.

la memiliki teknik bertinju terbaik saat ini. 

Ternyata Yohanes Cristian John si naga dari Indonesia juga seorang petinju yang kuat dan keras telah mempertahankan gelar sebanyak sepuluh kali, prestasinya diikuti oleh Daud "China" Yordan dan juga memiliki teknik bertinju cukup bagus. 

Betul-betul para petinju tersebut menjadi idola saya, bagaimana pertahanan dan bagaimana dia mencoba meraih puncaknya. 

Belum lagi tampilan petarung-petarung Ultimate Fighting Championship (UFC) dan Mixed Martial Arts (MMA). 

Saya merasa terhibur manakala menonton profesionalitas dan sportivitas olahragawan untuk mempertahankan gelarnya.

Saya merasa bergetar ketika menyaksikan sebuah pertarungan yang sangat sengit antara dua bertinju dengan kemenangan di pihak yang semula kita ragukan. 

Hal ini untuk menambah motivasi diri saya untuk terus bekerja dan bekerja. 

Jika seorang petinju memiliki manajer, pelatih, dan promotor, tentu petinju akan lebih fokus yakni hanya memikirkan bagaimana mempelajari kepalan tangan agar mampu merobohkan lawan yang dihadapi. 

Bagaimana cara mengelak, bagaimana cara memukul Knock Down (KO) atau dengan angka, dan bagaimana kesabaran itu diuji untuk menunggu tanpa emosional. 

Persoalan nonteknis dapat diserahkan oleh manajer yang mengatur siapa, kapan, dan dimana tinggal ikut, para manajer tahu kemampuan seorang petinju dan lawan yang akan ditandingkan. 

Pembagian kerja ini membentuk organisasi yang solid, fokus, dan benar- benar profesional.

Baca juga: Putra Timbul Raharjo Sebut Separuh Hidup sang Ayah Hanya untuk ISI Yogyakarta

Klik DI SINI untuk membaca biodata dan profil lengkap Rektor ISI Yogyakarta Timbul Raharjo. (Tribunjogja.com/ANR)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved