Terbelenggu PayLater, Guru Honorer Asal Klaten: Kalau Tidak Dikontrol Kita Bisa Ambrol Mak Prol
Sadari kemampuan diri sebelum utang, jangan sampai candu dan terbelenggu jika tak ingin ambrol mak prol tak mampu bayar cicilan.
Penulis: Alifia Nuralita Rezqiana | Editor: Alifia Nuralita Rezqiana
“Tapi, kamu harus bisa berpikir, kamu punya uang segini, butuh segini, ya bagaimana caranya agar tidak ambrol itu tadi,” pesan Pak Nan.
“Keinginan itu bisa ditekan dengan memilah dan memilih barang yang benar-benar diperlukan. PayLater itu nanti akan membantu jika keuangan kalian sangat kurang,” imbuhnya.
Pak Nan menilai, sering kali para pengguna PayLater hanya sekedar mengikuti tren tanpa pikir panjang.
Anak generasi MZ biasa menyebut aksi ini sebagai FOMO, kepanjangan dari istilah Bahasa Inggris “fear of missing out” yang artinya “takut ketinggalan”.
Kebiasaan FOMO inilah yang membuat para pengguna PayLater terbelenggu tagihan.
“Akhirnya ke-FOMO-an itu membawa kita ke dalam jurang PayLater yang paling dalam, ho’o to (iya kan)? Serius,” ungkap Pak Nan.
“Karena ya misalnya nggak dikontrol, ambrol mak prol tenan kuwi mau (runtuh, hancur lebur betulan itu tadi),” ucapnya.
Ukur diri sebelum utang, hindari gaya hidup melebihi kemampuan

Dihubungi Tribunjogja.com secara terpisah pada Rabu (30/8/2023), Account Officer Bank Bantul Siska Indratmi sependapat dengan Pak Nan.
Pegawai Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang berbasis di Kabupaten Bantul itu menilai, gaya hidup terlalu tinggi yang tak sesuai dengan nominal gaji kerap jadi momok bagi masyarakat.
Entah itu utang di bank, menggunakan PayLater, maupun utang melalui pinjol-pinjol yang tersedia, masyarakat terlena demi keinginan sesaat.
“Kalau orang pinjam, itu kalau bisa dia mengukur kemampuan,” kata Siska.
“Jadi maksud saya gini, setiap orang itu kan bisa mengukur kemampuan. Oh, saya itu biasanya pendapatannya sekian, berarti bisa menyisihkan sekian. Itu kan bisa diprediksi,” papar Siska.
“Misalnya usaha, per hari biasanya dapat Rp 100.000, sebulan kurang lebih Rp 3.000.000. Oh berarti kalau saya ambil (pinjaman) sekian, itu saya bisa mengangsur begitu,” jelasnya.
Namun, di lapangan lebih banyak nasabah yang kurang perhitungan.
Asal nekat meminjam uang tanpa menyadari kemampuan dirinya dalam membayar utangan. Terlebih, mereka yang meminjam lewat pijol.
Siska berpesan, agar tidak terbelenggu tagihan dan cicilan, para peminjam jangan sampai bergaya hidup melebihi kemampuan.
“Jangan bergaya hidup melebihi kemampuan, nek menurut saya lho (kalau menurut saya begitu),” tutur Siska.
“Jadi diusahakan, kalau bisa, kalau tidak terpaksa sekali, jangan pinjamlah. Jadi lebih baik itu sebenarnya investasi menabung. Jadi kalau tidak terpaksa sekali jangan meminjam,” jelasnya.
“Kalau terpaksa sekali harus pinjam, diukur juga kemampuannya. Jangan ming waton ‘wah, limit kreditku tekan semene’ (hanya asal ‘wah limit kreditku sampai sekian’) tapi dia penghasilannya tidak tetap, misalnya,” pesan Siska.
“Itu kan mempengaruhi BI checking dia, nama baik dia, masa depan dia juga. Intinya, mengukur dirilah, jangan takabur begitu,” kata Siska.
Terkadang, PayLater bisa menyelamatkan dari masalah genting yang memang diperlukan.
Namun, ketika penggunaan sudah lepas kendali tanpa melihat kemampuan diri, aneka pinjaman bisa menjadi ancaman yang menyeramkan. (Tribunjogja.com/ANR)**
PayLater
Pinjaman Online
pinjol
Lembaga Penjamin Simpan (LPS)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
guru honorer
Klaten
Kabupaten Sleman
Kabupaten Bantul
Kota Yogyakarta
Bank Bantul
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Tips Keuangan
Puncak Peringatan Hari Anak Nasional di Klaten, Ratusan Anak Dikenalkan PermainanTradisional |
![]() |
---|
Tarif Sewa Wisma PSIM Naik Jadi Rp300 Juta, Wali Kota Yogyakarta Buka Pintu Nego: Jangan Digusur |
![]() |
---|
Ada Program Layanan Dokter Spesialis Keliling di Klaten |
![]() |
---|
Cerita Supatmi Warga Klaten Menunggu 34 Tahun Diangkat Jadi Pegawai Negeri |
![]() |
---|
PPPK Tahap I Formasi 2024 di Klaten Terima SK Pengangkatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.