Terbelenggu PayLater, Guru Honorer Asal Klaten: Kalau Tidak Dikontrol Kita Bisa Ambrol Mak Prol

Sadari kemampuan diri sebelum utang, jangan sampai candu dan terbelenggu jika tak ingin ambrol mak prol tak mampu bayar cicilan.

|
PEXELS/Mikhail Nilov
Terbelenggu PayLater, Guru Honorer Asal Klaten: Kalau Tidak Dikontrol Kita Bisa Ambrol Mak Prol 

Godaan terbesar Pak Nan dalam menggunakan PayLater adalah membeli makanan dan membeli paket data internet.

Ilustrasi foto menghitung pengeluaran dan pendapatan, mengontrol keuangan
Ilustrasi foto menghitung pengeluaran dan pendapatan, mengontrol keuangan (PEXELS/Redne Stock Project)

“PayLater itu dibilang menyelamatkan hidup, ya benar sih menyelamatkan hidup,” katanya.

“Kalau bingung mau makan apa dan di dompet tinggal Rp 10.000, sebenarnya kalau cuma mau makan saja bisa sih, uang itu tadi kalau buat beli telur kan bisa dapat beberapa butir,” bebernya.

“Tapi kalau mau makan yang enak ya akhirnya PayLater. Kalau pakai PayLater bisa makan enak, bisa makan bakso dan lainnya,” tutur Pak Nan.

Selain untuk beli makanan, Pak Nan juga sering sekali menggunakan PayLater untuk membeli pulsa dan paket data. Baik itu untuk dirinya sendiri, untuk sang istri, atau orangtua.

Meski begitu, Pak Nan sadar bahwa ia harus mengontrol penggunaan PayLater.

“Tapi tetap harus dikontrol, biar apa? Biar besok pas gajian, uangnya nggak habis buat bayar PayLater doang,” ucapnya.

Menurut Pak Nan, barang-barang kecil yang sebenarnya tidak penting bisa jadi momok saat dibeli pakai PayLater.

Ia memberikan contoh, ketika membeli kipas angin murah meriah yang baru dipakai seminggu langsung rusak, padahal dibeli menggunakan PayLater.

“Kadang kita boros karena beli hal-hal tidak perlu. Contohnya, ingin kipas angin kecil, nanti beli, dapat yang nggak bagus, rusak, beli lagi,” kata Pak Nan.

“Terus jam dinding. Kadang kan kalau di toko online murah-murah, harganya masuk akal. Tapi ternyata saat dipakai hanya bisa bertahan dua hari, nanti mati,” imbuhnya.

“Membeli barang-barang yang tidak kita perlukan, beli barang-barang hanya karena lapar mata, ini lucu, itu lucu, nah tagihan PayLater ambrolnya di situ,” ungkap Pak Nan.

Pernah suatu ketika, Pak Nan ingin mencoba aplikasi pinjol yang menawarkan pinjaman cepat.

Tapi, ia mengurungkan niatnya karena takut tidak bisa melunasi tagihan.

Pak Nan juga mengaku belum pernah menggunakan PayLater untuk membeli barang elektronik mahal, entah itu televisi (TV) atau handphone (HP).

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved