Berita Kota Yogya Hari Ini

DPRD Kota Yogyakarta Menyapa: Betapa Penting Budaya Pengelolaan Sampah Sejak Dini

Permasalahan sampah seakan menjadi polemik panjang bagi Kota Yogyakarta, meski deretan kebijakan telah dikeluarkan eksekutif. Terbaru, penutupan TPA

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Azka Ramadhan
Suasana diskusi 'DPRD Menyapa', di Ketemu Kopi, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Senin (31/7/2023) sore. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Permasalahan sampah seakan menjadi polemik panjang bagi Kota Yogyakarta, meski deretan kebijakan telah dikeluarkan eksekutif.

Terbaru, penutupan TPA Piyungan menjadi kabar buruk untuk Kota Pelajar, yang terkendala keterbatasan lahan, serta tak punya tempat penampungan limbah.

Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta, Krisnadi Setyawan, mengatakan, permasalahan sampah kini masuk ranah sosial lantaran berpotensi mengganggu hajat hidup orang banyak.

Baca juga: IPL Jalan Tol Jogja-YIA Telah Terbit, Belum Ada Jadwal Pematokan di Tirtoadi Sleman

Pihaknya pun sejak jauh-jauh hari telah berusaha menekankan, betapa pentingnya budaya pengelolaan limbah sejak dini.

"Sejak 2018 kami juga sudah memepringatkan, TPA dengan mekanisme uruk itu tidak bisa menyelesaikan masalah. Maka, harus ada pabrik pengelolaan limbah yang dapat menghabiskannya," tandasnya, di sela diskusi 'DPRD Menyapa', Senin (31/7/2023) sore.

Tapi, ia menyadari, terutama di Kota Yogya, upaya pembangunan pabrik pengolahan limbah tentu tidak semudah membalik telapak tangan.

Alhasil, pihaknya pun lebih mendorong eksekutif, untuk memfasilitasi masyarakat, agar tumbuh kesadaran yang besar, terkait budaya pengelolaan sampah.

"Bahkan, kami pernah mendorong kurikulum lokal, agar ada muatan soal pengelolaan sampah bagi anak didik kita di bangku SD dan SMP. Namun, ternyata itu terhambat aturan birokrasi, ya," urai Krisnadi.

"Karena kita tidak punya guru yang spesifik memiliki kemampuan untuk pengolahan, maupun pengelolaan sampah. Ini beda dengan olahraga, atau pramuka, ya, itu guru-gurunya tersedia banyak," lanjutnya.

Padahal, ia menyebut, budaya pengelolaan sampah harus ditekankan sejak dini, supaya anak-anak dapat terbiasa dengan aktivitas-aktivitas itu. Politikus Partai Gerindra tersebut mengungkapkan, polemik sampah dewasa ini muncul, karena masyarakat tak pernah dibiasakan mengelola limbahnya sedari kecil.

"Seperti kata Pak Gubernur (Sri Sultan HB X), saiki do grobyakan, begitu, kan. Karena kita tidak dibiasakan sejak kecil, untuk memilah, serta memilih sampah. Tidak ada budaya seperti itu," jelas Krisnadi.

Sekretaris Komisi D DPRD Kota Yogyakarta, Muhammad Ali Fami, menambahkan, jangankan budaya pengolahan, yang ada malah anggapan sampah sebagai sesuatu yang menjijikkan.

Alhasil, keberadaannya pun harus segera dijauhkan dari lingkungan, entah caranya seperti apa, tanpa menggubris pengelolaan.

"Tidak bisa hanya karena sudah membayar, terus merasa ini sudah selesai. Harus ada tanggung jawab bersama. Walaupun, memang harus diakui, itu tidak mudah, tidak bisa sehari dua hari," ucapnya.

Menurutnya, hal tersebut merupakan tugas Pemkot, agar budaya pengelolaan sampah dapat tertanam di benak seluruh lapisan masyarakat. Fahmi pun tidak menampik, selama ini eksekutif telah menggulirkan upaya sosialisasi masif, meski hasil yang didapat cenderung masih cukup jauh dari maksimal.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved