Berita Klaten Hari Ini

UNIK, Warung Soto Mbah Gito Birun di Jatinom Klaten Ini Hanya Buka Sekali dalam Lima Hari

Di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah terdapat satu warung soto yang cukup dikenal dan sudah eksis sejak 60 tahun silam. Warung Soto Mbah Gito Birun namany

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Almurfi Syofyan
Penampakan soto sapi di Warung Soto Mbah Gito Birun di Kelurahan Jatinom, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Senin (24/7/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Soto menjadi satu dari banyak kuliner berkuah yang digemari oleh hampir semua kalangan di Indonesia.

Di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah terdapat satu warung soto yang cukup dikenal dan sudah eksis sejak 60 tahun silam. Warung Soto Mbah Gito Birun namanya.

Warung itu beralamat di Kelurahan Jatinom, Kecamatan Jatinom.

Uniknya, warung ini hanya buka saat pasaran Legi atau lima hari sekali.

Meski buka hanya sekali dalam lima hari, warung soto sapi itu tetap kebanjiran pengunjung.

Baca juga: Kekhawatiran Warga Karanggeneng Sleman Soal Lahan di Kampungnya yang Jadi Penampungan Sampah

Bahkan, ada yang datang dari luar kota seperti Semarang dan Yogyakarta.

Pengelola Soto Mbah Gito Birun, Ismudja (66), mengatakan jika warung itu sudah berdiri sejak tahun 1963 atau 60 tahun silam.

"Saya generasi kedua, dulu yang merintis orang tua," ujarnya di warungnya, Senin (24/7/2023).

Menurutnya, di Jatinom dulu belum ada penjual soto sapi sehingga warung soto sapi tersebut, termasuk pioner di daerah itu.

"Ini menunya komplit mulai dari lidah, daging, dan lainnya," ulasnya.

Ia mengatakan, warung soto itu buka hanya setiap pasaran Legi atau sekali dalam lima hari.

Hal itu, mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh orang tuannya.

Untuk harga, soto daging sapi dibanderol Rp 15 ribu per porsi, soto lidah Rp 18 ribu, soto campur (jeroan-daging) Rp 16 ribu dan soto ayam Rp 15 ribu.  

"Buka setiap legi karena dulu orang tua saya mengikuti setiap pasaran sapi, kalau disini pasar sapi setiap legi atau lima hari sekali," ulasnya.

Menurutnya, pilihan orang berjualan setiap Legi karena dulu kawasan itu cenderung sepi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved